BAB VIII
PERIODE DEWASA DINI (18-40 TAHUN)
A.
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
2.
Rumusan Masalah
a.
Bagaimana
pengertian dan perkembangan fisik pada dewasa dini?
b.
Bagaimana
perkembangna kognitif pada dewasa dini?
c.
Bagaimana
perkembangan psikososial pada dewasa dini?
d.
Sebutkan dan jelaskan ciri-ciri dewasa dini?
e.
Bagaimana masa dewasa dini dan tugas-tugas perkembangannya?
3.
Tujuan
a.
Untuk
mengetahui pengertian dan perkembangan fisik pada dewasa dini.
b.
Untuk
mengetahui perkembangan kognitif pada dewasa dini.
c.
Untuk
mengetahui perkembangan psikososial pada dewasa dini.
d.
Untuk mengetahui ciri-ciri dewasa dini.
e.
Untuk mengetahui masa dewasa dini dan tugas perkembangannya.
B.
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Dan Perkembangan Fisik Masa Dewasa Dini
1.a pengertian dewasa dini
Masa dewasa dini juga
bisa disebut pula dengan ialah “adult” yang berasal dari kata kerja latin,
seperti juga istilah “adolescence-
adolescere” yang berarti tumbuh menjadi kedewasaan. Akan tetapi kata adult
berasal dari bentuk lampau partisipel dari kata kerja adultus yang berarti
“telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna.” Atau “telah menjadi
dewasa” oleh karena itu, orang dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan
pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan
orang dewasa lainnya.
Setiap kebudayaan
membuat perbedaan usia kapan seseorang mencapai status dewasa secara resmi.
Pada sebagian besar kebudayaan kuno, kasus ini ercapai apabila pertumbuan
pubertas sudah selesai atau hampir selesai dan apabila organ kelamin anak telah
berkembang dan mampu berproduksi.belum lama ini dalam kebudayaan amerika
seorang anak belum resmi dianggap dewasa kalau ia belum mencapai usia 21 tahun.
Sekarang umur 18 tahun
merupakan umur dimana seseorang dianggap dewasa secaara syah. Dengan
meningkatnya lamanya hidup atau panjangnya usia rata-rata yang maka masa dewasa
sekarang mencakup waktu yang paling lama dalam rentang hidup.
Selama masa dewasa yang
panjang ini, perubahan-perubahan fisik dan psikologi terjadi pada waktu- waktu
yang dapat dimalkan seperti masa kanak-kanak dan masa remaja, yang juga
mencakup periode yang cukup lama- saat terjadinya perubahan-perubahan fisik dan
psikologis tertentu , masa dewasa biasanya dibagi berdasarkan periode yang
menunjuk pada perubahan-perubahan tersebut, bersama dengan penyesuaian diri dan
tekanan-tekanan berdaya serta harapan-harapan yang timbul akibat
perubahan-perubahan tersebut.
Berikut ini pembangian
dari masa dewasa dini ialah;
1. Masa
dewasa dini
Masa
dewasa ini dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kra umur 40 tahun, saat
perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertia berkurangnya kemampuan
reproduktif.
2. Masa
dewasa madya
Masa
dewasa madya, masa ini simulai pada umur 40 tahun sampai pasa umur 60 tahun,
yakni saat baik menurunnya kemampuan fisik dan psikologis yang jelas Nampak
pada setiaap orang.
3. Masa
dewasa lanjut (usia lanjut)
Masa
dewasa lanjut – senescence, atau usia lanjut dimulai pad umur 60 tahun samapai
kematian. Pada waktu ini baik kemampuan fisik maupun psikologsi cepaat menurun.
Tetapi teknik pengobatan modern serta upaya dalam hal berpakaian dan dandanan,
memungkinkan pria dan wanita berpenampilan, bertindak dan berperasaan seperti
kala mereka masih muda.
Perlu diingat bahwa
pembagian ini tidak mutlak dan ketat. Pembagian ini hanya menunjukkan umur
rata-rata pria dan wanita mulai menunjukkan perubahan-perubahan dalam
penampilan, minat, sikap dan perilaku yang karena tekanan-tekanan lingkungan
tertentu dalam kebudayaan akan menimbulkan masalah-masalah penyesuaian diri dan
tidak dapat tidak harus dihadapi setiap orang dewasa. Sebagaimana ditekankan
oleh “gould” usia yang tepat saat perubahan-perubahan itu terjadi adalah produk
dari kepribadian gaya hidup dan sub-budaya total seorang individu.[1]
1.b Perkembangan Fisik Dewasa Dini
Sebagai seorang individu yang tergolong sudah dewasa, peran dan
tanggung jawabnya tentu semakin bertambah besar. Segala urusan ataupun masalah
yang dialami dalam hidupnya sedapat mungkin akan ditangani sendiri tanpa
bantuan orang lain, termasuk orang tua. Secara fisik, seorang dewasa muda
(young adulthood) menampilkan profil yang sempurna dalam arti bahwa pertumbuhan
dan perkembangan aspek-aspek fisiologis telah mencapai posisi puncak. Mereka mamiliki
daya tahan dan taraf kesehatan yang prima sehingga dalam melakukan berbagai
kegiatan tampak inisiatif, kreatif, energik, cepat dan proaktif.[2] Dilihat dari aspek perkembangan
fisik, pada awal masa dewasa kemampuan fisik mencapai puncaknya, dan sekaligus
mengalami penurunan selama periode ini.
a.
Kesehatan Badan
Bagi kebanyakan orang, awal masa dewasa
ditandai dengan memuncaknya kemampuan dan kesehatan fisik. Mulai dari sekitar
usia 18 hingga 25 tahun., individu mamiliki kekuatan yang terbesar, gerak-gerak
reflek mereka sangat cepat. Lebih dari itu kemampuan reproduktif mereka berada
dalam tingkat yang paling tinggi.
Meskipun pada awal masa dewasa kondisi kesehatan fisik mencapai
puncak-puncaknya, namun selama periode ini penurunan keadaan fisik juga terjadi. Sejak usia 25 tahun, perubahan-perubahan
fisik mulai terlihat. Secara berangsur-angsur kekuatan fisik mengalami
kemunduran, sehingga lebih mudah terserang penyakit.
Bagi wanita perubahan biologis yang utama
terjadi selama masa pertengahan dewasa adalah perubahan dalam hal kemampuan
reproduktif, yakni mulai mengalami menopause atau berhentinya menstruasi dan
hilangnya kesuburan. Bagi laki-laki, proses penuaan selama masa
pertengahan dewasa tidak begitu kentara, karena tidak ada tanda-tanda
fisiologis dari peningkatan usia seperti berhentinya haid pada perempuan. Lebih
dari itu laki-laki tetap subur dan mampu menjadi ayah anak-anak sampai memasuki
usia tua. Hanya beberapa kemunduran fisik juga terjadi secara berangsur-angsur,
seperti berkurangnya produksi air mani dan frekuensi orgasme yang cenderung
merosot.
b.
Perkembangan Sensori
Pada awal masa dewasa, penurunan fungsi
penglihatan dan pendengaran mungkin belum begitu kentara. Akan tetapi, pada
masa dewasa tengah perubahan-perubahan dalam penglihatan dan pendengaran
merupakan dua perubahan fisik yang menonjol. Pendengaran mengalami penurunan
ketika berusia 40 tahun. Penurunan dalam hal pendengaran ini labih terlihat
pada sensitivitas terhadap nada tinggi. Dalam hal penurunan sensitivitas
terhadap nada tinggi ini, terdapat perbedaan jenis kelamin, yakni laki-laki
biasanya kehilangan sensitivitasnya terhadap nada tinggi lebih awal dibandingkan
perempuan. Perbedaan jenis kelamin ini mungkin lebih disebabkan oleh pengaruh
pengalaman laki-laki terhadap suara gaduh dalam pekerjaan sehari-hari, seperti
pertambangan, pembangkelan, dan sebagainya.
c.
Perkembangan Otak
Mulai masa dewasa awal, sel-sel otak juga
berangsur-angsur berkurang. Tetapi, perkembangbiakan koneksi neural (neural
conection), khususnya bagi orang-orang yang tetap aktif, membantu mengganti
sel-sel yang hilang. Hal ini membantu menjelaskan pendapat umum bahwa orang
dewasa yang tetap aktif, baik secara fisik, seksual, maupun secara mental,
menyimpan lebih banyak kapasitas mereka untuk melakukan aktivitas demikian pada
tahun-tahun selanjutnya. [3]
2. Perkembangan Kognitif
Masa perkembangan dewasa muda (young
adulthood) ditandai dengan keinginan mengaktualisasikan segala ide
pemikiran yang dimatangkan selama mengikuti pendidikan tinggi
(universitas/akademik). Ketika memasuki dewasa muda, biasanya individu telah
mencapai penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang matang. Dengan modal
itu, seorang individu akan siap untuk menerapkan keahlian tersebut ke dunia
pekerjaan. Dengan demikian, individu akan mampu memecahkan masalah secara
sistematis dan mampu mengembangkan daya inisiatif-kreatifnya sehingga ia akan
memperoleh pengalaman-pengalaman baru. Dengan pengalaman tersebut, akan semakin
mematangkan kualitas mentalnya.[4]
a.
Perkembangan pemikiran postformal
Pemikiran
remaja berada pada tahap operasional formal-tahap kemampuan berfikir secara
abstrak dan hipotesi. Tipe pemikiran ini dimulai sekitar usia 11 tahun, tetapi
tidak berkembang secara penuh sampai berakhirnya masa remaja. Karena itu,
piaget percaya bahwa seorang remaja dan seorang dewasa memiliki cara berpikir
yang sama. Akan tetapi, para pengkritik piaget menunjukkan bahwa kesimpulan
piaget tersebut tidak dapat diterpkan pada kebudayaan-kebudayaan lain, sebab
ditemukan banyak anak remaja tidak menggunakan pemikiran operasional formal.
Bahwa sejumlah ahli perkembangan percaya bahwa baru masa dewasa lah individu
menata pemikiran operasional foramal mereka.
Gisela Labouvie-Vief menyatakan
bahwa pemikiran dewasa muda menunjukkan suatu perubahan yang signifikan. Ia
percaya bahwa masyarakat kita yang kompleks memiliki pertimbangan-pertimbangan
yang praktis bahkan mengubah bentuk logika kaum muda yang idealis. Karena itu,
pemikiran orang dewasa muda menjadi lebihkonkrit dan pragmatis, sesuatu yang
dikatakan Labouvie- Vief sebagai tanda kedewasaan.
Dengam demikian, kemampuan kognitif terus berkembang selama masa
dewasa. Akan tetapi bagaimana pun tidak semua perubahan kognitif pada masa
dewasa tersebut yang mengarah pada peningkatan potensi. Bahkan kadang-kadang
beberapa potensi mengalami kemerosotan seiring dengan perkembangan usia.[5]
b.
Minat-minat dewasa dini: hal-hal perubahan-perubahan minat
1.
Proses
perubahan minat
Proses perubahan minat secara umum, terjadi hampir sepanjang garis
kehidupan. Perubahan-perubahan minat dalam proses itu dapat disebabkan oleh
perubahan pola kehidupan, perubahan tugas, dan tanggung jawab dan perubahan
status. Pola kehidupan orang dewasa dapat pula terjadi perubahan minat baik
berupa perubahan jumlah apa yang diminati, pergantian pengutamaan, minat bahkan
tumbuhnya minat baru.
Pola kehidupan remaja cenderung diwarnai oleh pergaulan dalam
kelompok. Karena itu minat mereka pun cenderung pada minat-minat yang dapat
dilakuakn bersama-sama, semisal pesiar, camping, dan semacamnya. Serta
benda-benda yang dapat menunjang kegiatan, seperti mobil/motor, dan pakaian
yang sesuai dengan selerakelompok. Dalam masa dewasa awal, lebih cenderung diwarnai
oleh kehidupan keluarga. Karena itu minat dalam masa dewasa lebih ditekankan
pada hal-hal yang menunjang kehidupan keluarga seperti uang dan rumah.
Proses pembentukan pola minat terjadi selama masa dewasa.
Jenis-jenis minat yang terdapat dalam masa dewasaawal itun selalu dopraktekkan
dalam prosesnya. Jika minat-minat tadi dalam prakteknya ternyata memuaskan
individu yang bersangkutan maka minat itu akan cenderung akan diulangi.
Pengulangan-pengulangan minat, lama kelamaan akan terbentuk menjadi pola minat.
Jika pola minat tersebut telah menetap, maka dapat diramalkan itulah pola minat
yang dibawah individu dalam masa tua kelak.
Proses penstabilan minat-minat sangat erat bersangkutan dengan
menetapnya kesukaan dan ketaksukaan individu. Berdasarkan hasil-hasil
penelitian, para ahli sepakat bahwa dengan bertambahnya usia, proses kesukaan
dan ketaksukaan cenderung untuk menetap dan diperkuat. Kesukaan-kesukaan itu
sendiri berpengaruh positif bagi penentuan minat-minat individu. Karena itu
secara logis, ada kecenderungan minat-minat individu akan menjadi sangat stabil
sejalan dengan pertumbuhan individu yang menua.
2.
Pola
perubahan minat
Ada tiga pola
perubahan minat, yaitu:
1)
Terjadi
pengurangan jumlah yang diminati seseorang sejalan dengan pertambahan usia, dan
kurang pindahan dari minat lain.
2)
Terjadi
pergantian tentang minat apa yang diutamakan, dan sedikit timbulnya minat-minat
baru.
3)
Dapat
terjadi penguatan minat-minat baru jika lingkungan “memaksa” dan sifat-sifat
minat baru itu tidak sekelompok dengan minat-minat yang telah dimantapkan
sebelumnya.
3.
Ragam
minat dewasa awal.
Berdasarkan penelitian para ahli, minat-minat yang sangat beragam
jumlahnya itu dapat juga diidentifikasi berdasarkan banyaknya jumlah orang yang
mengalaminya dan kedududkannya minat yang bersangkutan bagi banyak orang,
minat-minat dimnaksud terdiri atas minat-minat: penampkan atau penampilan
pisis, pakaian dan perhiasan, pemilikan benda-benda, uang dan agama.[6]
3. Perkembangan Psikososial
Sebagian besar golongan dewasa muda telah
menyelesaikan pendidikan sampai taraf universitas dan kemudian mereka segera
memasuki jenjang karier dalam pekerjaannya. Kehidupan psikososial dewasa muda
makin kompleks dibandingkan dengan masa remaja karena selain bekerja, mereka
akan memasuki kehidupan pernikahan, membentuk keluarga baru, memelihara
anak-anak, dan tetap harus memperhatikan orang tua yang semakin tua.[7]
Hubungan orang tua dan anak
a.
Keadaan keluarga dan pencapaian status dewasa
1)
Pencapaian
perkembangan kepribadian dan adjustment social para pemuda pemudi lebih
berhubungan dengan dan dipengaruhi oleh keadaan taraf pemuasan kebutuhan
psikologis yang penting dalam keluarga, kerapian, besar keluarga, dan
keteraturan rumah dan kecermatan orang tua.
2)
Dalam
kehidupan pemuda pemudi dalam keluarga mereka sering kali mengalami
kesulitan-kesulitan dalam usahanya mencapai kedewasaan. Kesulitan-kesulitan itu
sebagian timbul dan berhubungan dengan suasana keluarga dan sebagian lagi
karena penyadaran pemuda-pemudi terhadap status sosialnya.
3)
Keluarga
yang baik bagi pemuda-pemudia adalah keluarga yang tidak saja member dan
membangun kesadaran pemuda-pemudi sebagai insan yang dikasihi, tetapi juga
melatih pemuda-pemudi itu supaya dapat mencapai status dewasa dengan mengikut
sertakan pemuda –pemudi itu dalam kegiatan-kegiatan keluarga.
b.
Keadaan keluarga dan relasi orang tua dengan anak
Relasi antara orang tua dengan anak dipengaruhi dan ditentukan pula
oleh sikap orang tua itu terhadap pemuda-pemudi (internal) dan keadaan eksternal
(lahiriah) keluarga. Berikut ini berbagai sikap orang tua terhadap pemuda
pemudi;
Ø Sikap yang berhubungan dengan afeksi dan dominasi.
1.
Afeksi
yang berlebih-lebihan akan mengakibatkan orang tua bersikap;
a).
over-prosesive, yaitu sikap orang tua yang ingin menguasai anak-anaknya.
b).
over-indulgent, yaitu sikap orang tua yang memanjakan dan menuruti kehendak
anaknya.
2.
Afeksi
yang mengakibatkan orang tua bersikap sebagai berikut;
-
Acuh
tak acuh kepada anak mereka.
-
Sering
menggoda anak dengan mencemoohkan atau mengejek anak dengan menonjolkan
cacat-cacat dan kelemahan anak.
3.
Afeksi
atau kasih sayang yang didasari oleh rasa persahabatan yang sewajarnya antara
orang tua dengan anak didik.
Ø Sikap-sikap orang tua yang berhubungan dengan ambisi dan minat
I.
Sikap
orang tua yang mengutamakan sukses social.
II.
Sikap
yang mementingkan milik keduniawian
III.
Sikap
yang mementingkan suasana keagamaan.
IV.
Siap
yang mengutamakan nilai-nilai artistik, kesusastraan dan sebagainya.
Ø Sikap terhadap
4. Ciri-ciri Dewasa Awal
Dalam psikologi Islam dewasa dini disebut fase
taklif, fase dimana seorang telah menjadi manusia dewasa telah dikenal sebagai
‘abdullah dan sebagai khalifah dibumi, dalam proses menjadi pribadi yang
berkualitas. Fase ini akan dapat dijalani oleh seseorang dengan baik bila dalam
fase-fase sebelumnya telah mempersiapkan diri agar peran ‘abdullah dapat
optimal, mampu berfikir bersifat tauhidik, memahami dan menjalankan
perintah-perintah Allah dan hukum-hukum Allah dengan baik.
Masa dewasa memiliki ciri sebagai berikut:[8]
1) Usia Reproduktif
Bagi sebagian besar orang-orang dewasa muda,
menjadi oarang tua atau sebagai ayah atau ibu merupakan satu diantara
peranannya yang sangat penting dalam hidupnya. Apabila seseorang telah mulai
memasuki hidup berumah tangga dalam akhir masa remaja, maka orang dewasa yang
bersangkutan mempersiapkan diri mengambil peranannya sebagai orang dewasa sejak
usia dua puluh-an sampai akhir usia tiga puluh-an. Mengambil peran dalam hal
ini, khusus dalam hal melahirkan dan membesarkan anak-anak mereka, karena
“produktivitas” atau kesuburan yang dimanfaatkan dengan cepat (akhir masa
remaja), maka banyak diantara orang dewasa ini yang telah memiliki cucu sebelum
mereka mengakhiri masa dewasa awal.
Adapula beberapa orang dewasa awal yang tidak
kawin sampai mereka menyelesaikan pendidikan dan memulai karir mereka dalam
satu lapangan tertentu. Banyak diantara dewasa awal memainkan peranan keorangtuaan
(dalam arti melahirkan) berlanjut terus sampai dalam masa dewasa menengah atau
setengah baya. Akan tetapi, tingkat kesuburan dan kemampuan reproduktif telah
jarang terjadi bagi wanita dalam usia lebih dari 40 tahun.
2) Usia Memantapkan Letak Kedudukan
Kalau masa anak-anak dan masa remaja disebut
sebagai masa pertumbuhan atau “growing up”, maka masa dewasa merupakan usia
pemantapan letak kedudukan atau “setting down age”. Dengan pemantapan kedudukan
(settles down)-nya, seseorang berkembang pola hidupnya secara individual, yang
mana dapat menjadi ciri khas seseorang sampai akhir hayat. Banyak pula situasi
yang membutuhkan perubahan-perubahan dalam pola hidup tersebut dalam masa
setengah baya atau masa tua, yang dapat menimbulkan kesukaran dan gangguan-gangguan
emosi bagi orang-orang yang bersangkutan.
Dalam pertengahan usia tiga puluh-an, rata-rata individu telah memiliki
kemantapan dalam pola-pola hidup, dengan sedikit perubahan-perubahan kecil,
yang dijadikan latar sandaran dalam hidup sebagai orang dewasa. Banyak pula
orang dewasa yang tidak membutuhkan waktu lama untuk mendapatkan kemantapan
kedudukan. Banyak orang yang setelah mencapai kematangan, lengsung memasuki
hidup perkawinan, memperoleh kemantapan diri dalam suatu lapangan kerja yang
dapat menjamin kelangsungan hidup ekonomis sampai akhir hayat.
3) Usia Banyak Masalah
Dalam masa dewasa awal banyak persoalan yang baru dialami.
Persoalan-persoalan itu berbeda dengan persoalan yang pernah dialami dalam
masa-masa kanak-kanak mereka. Beberapa diantara persoalan tersebut merupakan
kelanjutan atau pengembangan persoalan yang dialami dalam masa remaja akhir.
Setelah seseorang dewasa awal menyelesaikan pendidikan sekolah mereka, maka
menghadang pula persoalan yang berhubungan dengan pekerjaan dan jabatan.
Kompleknya persoalan pekerjaan ini, disebabkan oleh faktor-faktor yang
berhubungan dengan intern individu itu sendiri, faktor-faktor lingkungan sosial
termasuk orang tua, faktor kesempatan kerja dan lapangan kerja yang tersedia.
Faktor-faktor intern yang meliputi ciri-ciri pribadi, sikap, kemampuan dan
keterampilan-keterampilan khusus tertentu haruslah dimiliki oleh seseorang
untuk dapat memasuki suatu lapangan pekerjaan tertentu.
4) Usia Tegang Dalam Hal Emosi
Ketegangan-ketegangan emosi yang terjadi dalam masa dewasa awal, terutama
sering dialami dalam parohan awal masa ini. Banyak diantara dewasa muda ini
mengalami ketegangan emosi yang berhubungan dengan persoalan-persoalan yang
dialaminya seperti persoalan jabatan, perkawinan, keuangan, dan sebagainya. Ketegangan
emosi yang timbul itu bertingkat-tingkat pula selaras dengan intensitas
persoalan yang dihadapinya dan sejauh mana seseorang dapat mengatasi
persoalan-persoalan yang dihadapi tersebut.
Menurut Robert J.Havighurts dalam bukunya, “Human Development and
Education”, bahwa seseorang dalam usia awal atau pertengahan tiga puluhan akan
dapat memecahkan persoalan-persoalan serta cukup dapat mengendapkan ketegangan
emosinya, sehingga seseorang dapat mencapai emosi yang stabil atau kalem.
Akan tetapi, apabila seseorang dewasa awal memiliki harapan yang terlalu
tinggi, dapat menyebabkan harus “ mendaki” dengan sekuat tenaga untuk mencapai
harapan-harapannya itu. Kebudayaan lingkungan sekitar tempat hidup orang
dewasa, dapat juga menunjang timbulnya ketegangan-ketegangan emosional yang
dialami individu dewasa yang bersangkutan.
Ketegangan emosi sering kali dinampakkan dalam ketakutan-ketakutan
atau kekhawatiran-kekhawatiran. Kekuatan atau kekhawatiran yang timbul itu pada
umumnya bergantung pada ketercapaian penyesuaian terhadap persoalan-persoalan
yang dihadapi pada suatu saat tertentu, dan sejauh mana sukses atau kegagalan
yang dialami dalam pergumulan persoalan.[9]
5. Masa Dewasa Awal dan Tugas-tugas Perkembangannya
Fase perkembangan saat seoarang remaja memasuki masa dewasa, yakni antara
umur 21 sampai 22 tahun tersebut dewasa awal (early adulthood). Menurut
Havighurst (1953) dalam Andi Mappiare, tugas-tugas perkembangan fase dewasa
awal adalah sebagai berikut:
a.
Memilih teman bergaul (sebagai calon suami
astri).
b.
Belajar hidup bersama dengan suami istri.
c.
Mulai hidup dalam keluarga atau hidup
berkeluarga.
d.
Belajar mengasuh anak-anak.
e.
Mengelola rumah.
f.
Mulai bekerja dalam suatu jabatan.
g.
Mulai bertanggung jawab sebagai warga negara
secara layak.
h.
Memperoleh kelompok sosial yang seirama dengan
nilai-nilai pahamnya.[10]
5.a Penunjang Penguasaan Tugas-tugas Perkembangan
Penguasaan tugas-tugas perkembangan dalam dewasa awal, memang
didasari adanya penguasaan tugas-tugas perkembangan dalam masa remaja dan
masa-masa kehidupan sebelumnya. Secara umum, sesuai dengan tingkat perkembangan
yang dicapai dalam masa dewasa awal, factor penunjang itu bersumber dari
dicapainya dari puncak kekuatan fisik dan mental dalam masa ini. Beberapa
factor yang sangat penting dalam menunjang penyesuaian terhadap tugas-tugas
perkembangan itu meliputi efisien fisik, kemampuan motorik, dan kemampuan
mental.
5.b Penghambat-penghambat
Dalam Menguasai Tugas Perkembangan
Ada banyak
penghambat dalam usaha menguasai tugas-tugas perkembangan. Khusus dalam masa
dewas awal, diantara penghambat yang sangat penting sehingga menyukarkan
penguasaan tugas-tugas perkembangan adalah latihan yang tak berkesinambungan,
adanya perlindungan yang berlebihan-lebihan, adanya perpanjangan pengaruh per
group dan aspirasi-aspirasi yang tak realisyis.
Latihan yang
tak berkesinambungan sebagai salah satu penghambat penguasaan tugas-tugas
perkembangan dewasa awal, berhubungan erat dengan pengalaman-pengalaman belajar
dan latihan masa lalu. Ada individu yang di masa kanak-kanaknya tidak mengalami
latihan secara kontinyu dalam hal berpikir dan berbuat, sehingga perilaku dalam
pubertas dan masa remaja Nampak kurang atau terpolakan secara memadai.
Sikap
bergantung yang dimiliki individu hasil pendidikan yang terlalu melindungi dari
orang tua dan kakak-kakaknya, merupakan satu diantara factor penghambat
langsung bagi pelaksanaan tugas-tugas perkembangan individu yang bersangkutan.
Orang dewasa awal yang mempunyai sikap bergantung sangat sukar mengambil
keputusan sendiri. Semua keputusan yang harus dibuatnya tidak akan jadi-jadi.
Orang tualah yang membuat keputusan baginya. Jika tugas-tugas perkembangan masa
remaja dan masa dewasa awal dalah sama, maka adanya perpanjangan pengaruh itu
bukan menjadi penghambat. [11]
C.
PENUTUP
1.
Masa dewasa dini
juga bisa disebut pula dengan ialah “adult” yang berasal dari kata kerja latin,
seperti juga istilah “adolescence-
adolescere” yang berarti tumbuh menjadi kedewasaan.
Perkembangan
fisik meliputi: kesehatan badan, perkembangan sensori, dan perkembangan otak.
2.
Perkembangan
kognitif meliputi: Perkembangan pemikiran postformal, dan minat-minat dewasa
dini.
3.
Perkembangan
psikososial meliputi: Hubungan orang tua dan anak.
4.
Ciri-ciri Dewasa Awal sebagai berikut: Usia Reproduktif, Usia Memantapkan Letak Kedudukan, Usia Banyak Masalah, dan Usia Tegang Dalam Hal Emosi
5. Tugas-tugas dewasa awal meliputi: Memilih teman bergaul (sebagai calon suami
astri), Belajar hidup bersama dengan suami istri, Mulai hidup dalam keluarga atau hidup
berkeluarga, Belajar mengasuh anak-anak, Mengelola rumah, Mulai bekerja dalam suatu jabatan, Mulai bertanggung jawab sebagai warga negara secara layak, dan Memperoleh kelompok sosial yang seirama dengan nilai-nilai pahamnya.
Daftar Rujukan
Dariyo, Agoes. 2003. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: Grasindo.
Desmita dan Samsunuwiyati. 2007. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta:
PT. Erlangga.
Mappiare, Andi. 1983. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya: Usaha Nasional.
Nashori, Fuad. 2003. Potensi-Potensi
Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tohirin. 2005. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
(Edisi Revisi). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
[1]
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, 1980),
hlm 246
[2] Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan
Dewasa Muda, (Jakarta: Grasindo, 2003), hlm 3
[3] Desmita, Psikologi Perkembangan,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hlm 234-237
[4] Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan
Dewasa Muda, (Jakarta: Grasindo, 2003), hlm 55
[5] Desmita, Psikologi Perkembangan,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hlm 238-239
[6] Andi Mappiare, Psikologi Orang Dewasai,
(Surabaya: Usaha Nasional, 1983), hlm 59-67
[7] Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan
Dewasa Muda, (Jakarta: Grasindo, 2003), hlm 105
[8] Fuad
Nashori, Potensi-Potensi Manusia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003),
hlm 157
[9] Andi Mappiare, Psikologi Orang Dewasai,
(Surabaya: Usaha Nasional, 1983), hlm 21-27
[10] Tohirin, Psikologi Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (Edisi Revisi), (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2005), hlm 41-42
Tidak ada komentar:
Posting Komentar