Sabtu, 01 Juni 2013

makalah psikologi dewasa awal



BAB VIII
PERIODE DEWASA DINI (18-40 TAHUN)

A.  PENDAHULUAN
1.    Latar Belakang
2.    Rumusan Masalah
a.     Bagaimana pengertian dan perkembangan fisik pada dewasa dini?
b.    Bagaimana perkembangna kognitif pada dewasa dini?
c.    Bagaimana perkembangan psikososial pada dewasa dini?
d.   Sebutkan dan jelaskan ciri-ciri dewasa dini?
e.    Bagaimana masa dewasa dini dan tugas-tugas perkembangannya?
3.    Tujuan
a.    Untuk mengetahui pengertian dan perkembangan fisik pada dewasa dini.
b.    Untuk mengetahui perkembangan kognitif pada dewasa dini.
c.    Untuk mengetahui perkembangan psikososial pada dewasa dini.
d.   Untuk mengetahui ciri-ciri dewasa dini.
e.    Untuk mengetahui masa dewasa dini dan tugas perkembangannya.








B.  PEMBAHASAN
1.      Pengertian Dan Perkembangan Fisik Masa Dewasa Dini
1.a pengertian dewasa dini
Masa dewasa dini juga bisa disebut pula dengan ialah “adult” yang berasal dari kata kerja latin, seperti  juga istilah “adolescence- adolescere” yang berarti tumbuh menjadi kedewasaan. Akan tetapi kata adult berasal dari bentuk lampau partisipel dari kata kerja adultus yang berarti “telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna.” Atau “telah menjadi dewasa” oleh karena itu, orang dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya.
Setiap kebudayaan membuat perbedaan usia kapan seseorang mencapai status dewasa secara resmi. Pada sebagian besar kebudayaan kuno, kasus ini ercapai apabila pertumbuan pubertas sudah selesai atau hampir selesai dan apabila organ kelamin anak telah berkembang dan mampu berproduksi.belum lama ini dalam kebudayaan amerika seorang anak belum resmi dianggap dewasa kalau ia belum mencapai usia 21 tahun.
Sekarang umur 18 tahun merupakan umur dimana seseorang dianggap dewasa secaara syah. Dengan meningkatnya lamanya hidup atau panjangnya usia rata-rata yang maka masa dewasa sekarang mencakup waktu yang paling lama dalam rentang hidup.
Selama masa dewasa yang panjang ini, perubahan-perubahan fisik dan psikologi terjadi pada waktu- waktu yang dapat dimalkan seperti masa kanak-kanak dan masa remaja, yang juga mencakup periode yang cukup lama- saat terjadinya perubahan-perubahan fisik dan psikologis tertentu , masa dewasa biasanya dibagi berdasarkan periode yang menunjuk pada perubahan-perubahan tersebut, bersama dengan penyesuaian diri dan tekanan-tekanan berdaya serta harapan-harapan yang timbul akibat perubahan-perubahan tersebut.
Berikut ini pembangian dari masa dewasa dini ialah;
1.      Masa dewasa dini
Masa dewasa ini dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kra umur 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertia berkurangnya kemampuan reproduktif.

2.      Masa dewasa madya
Masa dewasa madya, masa ini simulai pada umur 40 tahun sampai pasa umur 60 tahun, yakni saat baik menurunnya kemampuan fisik dan psikologis yang jelas Nampak pada setiaap orang.
3.      Masa dewasa lanjut (usia lanjut)
Masa dewasa lanjut – senescence, atau usia lanjut dimulai pad umur 60 tahun samapai kematian. Pada waktu ini baik kemampuan fisik maupun psikologsi cepaat menurun. Tetapi teknik pengobatan modern serta upaya dalam hal berpakaian dan dandanan, memungkinkan pria dan wanita berpenampilan, bertindak dan berperasaan seperti kala mereka masih muda.
Perlu diingat bahwa pembagian ini tidak mutlak dan ketat. Pembagian ini hanya menunjukkan umur rata-rata pria dan wanita mulai menunjukkan perubahan-perubahan dalam penampilan, minat, sikap dan perilaku yang karena tekanan-tekanan lingkungan tertentu dalam kebudayaan akan menimbulkan masalah-masalah penyesuaian diri dan tidak dapat tidak harus dihadapi setiap orang dewasa. Sebagaimana ditekankan oleh “gould” usia yang tepat saat perubahan-perubahan itu terjadi adalah produk dari kepribadian gaya hidup dan sub-budaya total seorang individu.[1]




1.b Perkembangan Fisik Dewasa Dini
Sebagai seorang individu yang tergolong sudah dewasa, peran dan tanggung jawabnya tentu semakin bertambah besar. Segala urusan ataupun masalah yang dialami dalam hidupnya sedapat mungkin akan ditangani sendiri tanpa bantuan orang lain, termasuk orang tua. Secara fisik, seorang dewasa muda (young adulthood) menampilkan profil yang sempurna dalam arti bahwa pertumbuhan dan perkembangan aspek-aspek fisiologis telah mencapai posisi puncak. Mereka mamiliki daya tahan dan taraf kesehatan yang prima sehingga dalam melakukan berbagai kegiatan tampak inisiatif, kreatif, energik, cepat dan proaktif.[2] Dilihat dari aspek perkembangan fisik, pada awal masa dewasa kemampuan fisik mencapai puncaknya, dan sekaligus mengalami penurunan selama periode ini.
a.    Kesehatan Badan
Bagi kebanyakan orang, awal masa dewasa ditandai dengan memuncaknya kemampuan dan kesehatan fisik. Mulai dari sekitar usia 18 hingga 25 tahun., individu mamiliki kekuatan yang terbesar, gerak-gerak reflek mereka sangat cepat. Lebih dari itu kemampuan reproduktif mereka berada dalam tingkat yang paling tinggi. Meskipun pada awal masa dewasa kondisi kesehatan fisik mencapai puncak-puncaknya, namun selama periode ini penurunan keadaan fisik juga terjadi. Sejak usia 25 tahun, perubahan-perubahan fisik mulai terlihat. Secara berangsur-angsur kekuatan fisik mengalami kemunduran, sehingga lebih mudah terserang penyakit.
Bagi wanita perubahan biologis yang utama terjadi selama masa pertengahan dewasa adalah perubahan dalam hal kemampuan reproduktif, yakni mulai mengalami menopause atau berhentinya menstruasi dan hilangnya kesuburan. Bagi laki-laki, proses penuaan selama masa pertengahan dewasa tidak begitu kentara, karena tidak ada tanda-tanda fisiologis dari peningkatan usia seperti berhentinya haid pada perempuan. Lebih dari itu laki-laki tetap subur dan mampu menjadi ayah anak-anak sampai memasuki usia tua. Hanya beberapa kemunduran fisik juga terjadi secara berangsur-angsur, seperti berkurangnya produksi air mani dan frekuensi orgasme yang cenderung merosot.
b.   Perkembangan Sensori
Pada awal masa dewasa, penurunan fungsi penglihatan dan pendengaran mungkin belum begitu kentara. Akan tetapi, pada masa dewasa tengah perubahan-perubahan dalam penglihatan dan pendengaran merupakan dua perubahan fisik yang menonjol. Pendengaran mengalami penurunan ketika berusia 40 tahun. Penurunan dalam hal pendengaran ini labih terlihat pada sensitivitas terhadap nada tinggi. Dalam hal penurunan sensitivitas terhadap nada tinggi ini, terdapat perbedaan jenis kelamin, yakni laki-laki biasanya kehilangan sensitivitasnya terhadap nada tinggi lebih awal dibandingkan perempuan. Perbedaan jenis kelamin ini mungkin lebih disebabkan oleh pengaruh pengalaman laki-laki terhadap suara gaduh dalam pekerjaan sehari-hari, seperti pertambangan, pembangkelan, dan sebagainya.
c.    Perkembangan Otak
Mulai masa dewasa awal, sel-sel otak juga berangsur-angsur berkurang. Tetapi, perkembangbiakan koneksi neural (neural conection), khususnya bagi orang-orang yang tetap aktif, membantu mengganti sel-sel yang hilang. Hal ini membantu menjelaskan pendapat umum bahwa orang dewasa yang tetap aktif, baik secara fisik, seksual, maupun secara mental, menyimpan lebih banyak kapasitas mereka untuk melakukan aktivitas demikian pada tahun-tahun selanjutnya. [3]
2.      Perkembangan Kognitif
Masa perkembangan dewasa muda (young adulthood) ditandai dengan keinginan mengaktualisasikan segala ide pemikiran yang dimatangkan selama mengikuti pendidikan tinggi (universitas/akademik). Ketika memasuki dewasa muda, biasanya individu telah mencapai penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang matang. Dengan modal itu, seorang individu akan siap untuk menerapkan keahlian tersebut ke dunia pekerjaan. Dengan demikian, individu akan mampu memecahkan masalah secara sistematis dan mampu mengembangkan daya inisiatif-kreatifnya sehingga ia akan memperoleh pengalaman-pengalaman baru. Dengan pengalaman tersebut, akan semakin mematangkan kualitas mentalnya.[4] 
a.    Perkembangan pemikiran postformal
Pemikiran remaja berada pada tahap operasional formal-tahap kemampuan berfikir secara abstrak dan hipotesi. Tipe pemikiran ini dimulai sekitar usia 11 tahun, tetapi tidak berkembang secara penuh sampai berakhirnya masa remaja. Karena itu, piaget percaya bahwa seorang remaja dan seorang dewasa memiliki cara berpikir yang sama. Akan tetapi, para pengkritik piaget menunjukkan bahwa kesimpulan piaget tersebut tidak dapat diterpkan pada kebudayaan-kebudayaan lain, sebab ditemukan banyak anak remaja tidak menggunakan pemikiran operasional formal. Bahwa sejumlah ahli perkembangan percaya bahwa baru masa dewasa lah individu menata pemikiran operasional foramal mereka.
Gisela Labouvie-Vief menyatakan bahwa pemikiran dewasa muda menunjukkan suatu perubahan yang signifikan. Ia percaya bahwa masyarakat kita yang kompleks memiliki pertimbangan-pertimbangan yang praktis bahkan mengubah bentuk logika kaum muda yang idealis. Karena itu, pemikiran orang dewasa muda menjadi lebihkonkrit dan pragmatis, sesuatu yang dikatakan Labouvie- Vief sebagai tanda kedewasaan.
Dengam demikian, kemampuan kognitif terus berkembang selama masa dewasa. Akan tetapi bagaimana pun tidak semua perubahan kognitif pada masa dewasa tersebut yang mengarah pada peningkatan potensi. Bahkan kadang-kadang beberapa potensi mengalami kemerosotan seiring dengan perkembangan usia.[5]

b.   Minat-minat dewasa dini: hal-hal perubahan-perubahan minat
1.      Proses perubahan minat
Proses perubahan minat secara umum, terjadi hampir sepanjang garis kehidupan. Perubahan-perubahan minat dalam proses itu dapat disebabkan oleh perubahan pola kehidupan, perubahan tugas, dan tanggung jawab dan perubahan status. Pola kehidupan orang dewasa dapat pula terjadi perubahan minat baik berupa perubahan jumlah apa yang diminati, pergantian pengutamaan, minat bahkan tumbuhnya minat baru.
Pola kehidupan remaja cenderung diwarnai oleh pergaulan dalam kelompok. Karena itu minat mereka pun cenderung pada minat-minat yang dapat dilakuakn bersama-sama, semisal pesiar, camping, dan semacamnya. Serta benda-benda yang dapat menunjang kegiatan, seperti mobil/motor, dan pakaian yang sesuai dengan selerakelompok. Dalam masa dewasa awal, lebih cenderung diwarnai oleh kehidupan keluarga. Karena itu minat dalam masa dewasa lebih ditekankan pada hal-hal yang menunjang kehidupan keluarga seperti uang dan rumah.
Proses pembentukan pola minat terjadi selama masa dewasa. Jenis-jenis minat yang terdapat dalam masa dewasaawal itun selalu dopraktekkan dalam prosesnya. Jika minat-minat tadi dalam prakteknya ternyata memuaskan individu yang bersangkutan maka minat itu akan cenderung akan diulangi. Pengulangan-pengulangan minat, lama kelamaan akan terbentuk menjadi pola minat. Jika pola minat tersebut telah menetap, maka dapat diramalkan itulah pola minat yang dibawah individu dalam masa tua kelak.
Proses penstabilan minat-minat sangat erat bersangkutan dengan menetapnya kesukaan dan ketaksukaan individu. Berdasarkan hasil-hasil penelitian, para ahli sepakat bahwa dengan bertambahnya usia, proses kesukaan dan ketaksukaan cenderung untuk menetap dan diperkuat. Kesukaan-kesukaan itu sendiri berpengaruh positif bagi penentuan minat-minat individu. Karena itu secara logis, ada kecenderungan minat-minat individu akan menjadi sangat stabil sejalan dengan pertumbuhan individu yang menua.
2.      Pola perubahan minat
Ada tiga pola perubahan minat, yaitu:
1)      Terjadi pengurangan jumlah yang diminati seseorang sejalan dengan pertambahan usia, dan kurang pindahan dari minat lain.
2)      Terjadi pergantian tentang minat apa yang diutamakan, dan sedikit timbulnya minat-minat baru.
3)      Dapat terjadi penguatan minat-minat baru jika lingkungan “memaksa” dan sifat-sifat minat baru itu tidak sekelompok dengan minat-minat yang telah dimantapkan sebelumnya.
3.      Ragam minat dewasa awal.
Berdasarkan penelitian para ahli, minat-minat yang sangat beragam jumlahnya itu dapat juga diidentifikasi berdasarkan banyaknya jumlah orang yang mengalaminya dan kedududkannya minat yang bersangkutan bagi banyak orang, minat-minat dimnaksud terdiri atas minat-minat: penampkan atau penampilan pisis, pakaian dan perhiasan, pemilikan benda-benda, uang dan agama.[6]
3.      Perkembangan Psikososial
Sebagian besar golongan dewasa muda telah menyelesaikan pendidikan sampai taraf universitas dan kemudian mereka segera memasuki jenjang karier dalam pekerjaannya. Kehidupan psikososial dewasa muda makin kompleks dibandingkan dengan masa remaja karena selain bekerja, mereka akan memasuki kehidupan pernikahan, membentuk keluarga baru, memelihara anak-anak, dan tetap harus memperhatikan orang tua yang semakin tua.[7]


Hubungan orang tua dan anak
a.      Keadaan keluarga dan pencapaian status dewasa
1)      Pencapaian perkembangan kepribadian dan adjustment social para pemuda pemudi lebih berhubungan dengan dan dipengaruhi oleh keadaan taraf pemuasan kebutuhan psikologis yang penting dalam keluarga, kerapian, besar keluarga, dan keteraturan rumah dan kecermatan orang tua.
2)      Dalam kehidupan pemuda pemudi dalam keluarga mereka sering kali mengalami kesulitan-kesulitan dalam usahanya mencapai kedewasaan. Kesulitan-kesulitan itu sebagian timbul dan berhubungan dengan suasana keluarga dan sebagian lagi karena penyadaran pemuda-pemudi terhadap status sosialnya.
3)      Keluarga yang baik bagi pemuda-pemudia adalah keluarga yang tidak saja member dan membangun kesadaran pemuda-pemudi sebagai insan yang dikasihi, tetapi juga melatih pemuda-pemudi itu supaya dapat mencapai status dewasa dengan mengikut sertakan pemuda –pemudi itu dalam kegiatan-kegiatan keluarga.
b.      Keadaan keluarga dan relasi orang tua dengan anak
Relasi antara orang tua dengan anak dipengaruhi dan ditentukan pula oleh sikap orang tua itu terhadap pemuda-pemudi (internal) dan keadaan eksternal (lahiriah) keluarga. Berikut ini berbagai sikap orang tua terhadap pemuda pemudi;
Ø  Sikap yang berhubungan dengan afeksi dan dominasi.
1.      Afeksi yang berlebih-lebihan akan mengakibatkan orang tua bersikap;
a). over-prosesive, yaitu sikap orang tua yang ingin menguasai anak-anaknya.
b). over-indulgent, yaitu sikap orang tua yang memanjakan dan menuruti kehendak anaknya.
2.      Afeksi yang mengakibatkan orang tua bersikap sebagai berikut;
-          Acuh tak acuh kepada anak mereka.
-          Sering menggoda anak dengan mencemoohkan atau mengejek anak dengan menonjolkan cacat-cacat dan kelemahan anak.
3.      Afeksi atau kasih sayang yang didasari oleh rasa persahabatan yang sewajarnya antara orang tua dengan anak didik.
Ø  Sikap-sikap orang tua yang berhubungan dengan ambisi dan minat
                                                                   I.            Sikap orang tua yang mengutamakan sukses social.
                                                                II.            Sikap yang mementingkan milik keduniawian
                                                             III.            Sikap yang mementingkan suasana keagamaan.
                                                             IV.            Siap yang mengutamakan nilai-nilai artistik, kesusastraan dan sebagainya.
Ø  Sikap terhadap


4.    Ciri-ciri Dewasa Awal
Dalam psikologi Islam dewasa dini disebut fase taklif, fase dimana seorang telah menjadi manusia dewasa telah dikenal sebagai ‘abdullah dan sebagai khalifah dibumi, dalam proses menjadi pribadi yang berkualitas. Fase ini akan dapat dijalani oleh seseorang dengan baik bila dalam fase-fase sebelumnya telah mempersiapkan diri agar peran ‘abdullah dapat optimal, mampu berfikir bersifat tauhidik, memahami dan menjalankan perintah-perintah Allah dan hukum-hukum Allah dengan baik.
Masa dewasa memiliki ciri sebagai berikut:[8]
1)   Usia Reproduktif
Bagi sebagian besar orang-orang dewasa muda, menjadi oarang tua atau sebagai ayah atau ibu merupakan satu diantara peranannya yang sangat penting dalam hidupnya. Apabila seseorang telah mulai memasuki hidup berumah tangga dalam akhir masa remaja, maka orang dewasa yang bersangkutan mempersiapkan diri mengambil peranannya sebagai orang dewasa sejak usia dua puluh-an sampai akhir usia tiga puluh-an. Mengambil peran dalam hal ini, khusus dalam hal melahirkan dan membesarkan anak-anak mereka, karena “produktivitas” atau kesuburan yang dimanfaatkan dengan cepat (akhir masa remaja), maka banyak diantara orang dewasa ini yang telah memiliki cucu sebelum mereka mengakhiri masa dewasa awal.  
Adapula beberapa orang dewasa awal yang tidak kawin sampai mereka menyelesaikan pendidikan dan memulai karir mereka dalam satu lapangan tertentu. Banyak diantara dewasa awal memainkan peranan keorangtuaan (dalam arti melahirkan) berlanjut terus sampai dalam masa dewasa menengah atau setengah baya. Akan tetapi, tingkat kesuburan dan kemampuan reproduktif telah jarang terjadi bagi wanita dalam usia lebih dari 40 tahun.
2)   Usia Memantapkan Letak Kedudukan
Kalau masa anak-anak dan masa remaja disebut sebagai masa pertumbuhan atau “growing up”, maka masa dewasa merupakan usia pemantapan letak kedudukan atau “setting down age”. Dengan pemantapan kedudukan (settles down)-nya, seseorang berkembang pola hidupnya secara individual, yang mana dapat menjadi ciri khas seseorang sampai akhir hayat. Banyak pula situasi yang membutuhkan perubahan-perubahan dalam pola hidup tersebut dalam masa setengah baya atau masa tua, yang dapat menimbulkan kesukaran dan gangguan-gangguan emosi bagi orang-orang yang bersangkutan.
Dalam pertengahan usia tiga puluh-an, rata-rata individu telah memiliki kemantapan dalam pola-pola hidup, dengan sedikit perubahan-perubahan kecil, yang dijadikan latar sandaran dalam hidup sebagai orang dewasa. Banyak pula orang dewasa yang tidak membutuhkan waktu lama untuk mendapatkan kemantapan kedudukan. Banyak orang yang setelah mencapai kematangan, lengsung memasuki hidup perkawinan, memperoleh kemantapan diri dalam suatu lapangan kerja yang dapat menjamin kelangsungan hidup ekonomis sampai akhir hayat.
3)   Usia Banyak Masalah
Dalam masa dewasa awal banyak persoalan yang baru dialami. Persoalan-persoalan itu berbeda dengan persoalan yang pernah dialami dalam masa-masa kanak-kanak mereka. Beberapa diantara persoalan tersebut merupakan kelanjutan atau pengembangan persoalan yang dialami dalam masa remaja akhir.
Setelah seseorang dewasa awal menyelesaikan pendidikan sekolah mereka, maka menghadang pula persoalan yang berhubungan dengan pekerjaan dan jabatan. Kompleknya persoalan pekerjaan ini, disebabkan oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan intern individu itu sendiri, faktor-faktor lingkungan sosial termasuk orang tua, faktor kesempatan kerja dan lapangan kerja yang tersedia. Faktor-faktor intern yang meliputi ciri-ciri pribadi, sikap, kemampuan dan keterampilan-keterampilan khusus tertentu haruslah dimiliki oleh seseorang untuk dapat memasuki suatu lapangan pekerjaan tertentu.
4)   Usia Tegang Dalam Hal Emosi
Ketegangan-ketegangan emosi yang terjadi dalam masa dewasa awal, terutama sering dialami dalam parohan awal masa ini. Banyak diantara dewasa muda ini mengalami ketegangan emosi yang berhubungan dengan persoalan-persoalan yang dialaminya seperti persoalan jabatan, perkawinan, keuangan, dan sebagainya. Ketegangan emosi yang timbul itu bertingkat-tingkat pula selaras dengan intensitas persoalan yang dihadapinya dan sejauh mana seseorang dapat mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi tersebut.
Menurut Robert J.Havighurts dalam bukunya, “Human Development and Education”, bahwa seseorang dalam usia awal atau pertengahan tiga puluhan akan dapat memecahkan persoalan-persoalan serta cukup dapat mengendapkan ketegangan emosinya, sehingga seseorang dapat mencapai emosi yang stabil atau kalem.
Akan tetapi, apabila seseorang dewasa awal memiliki harapan yang terlalu tinggi, dapat menyebabkan harus “ mendaki” dengan sekuat tenaga untuk mencapai harapan-harapannya itu. Kebudayaan lingkungan sekitar tempat hidup orang dewasa, dapat juga menunjang timbulnya ketegangan-ketegangan emosional yang dialami individu dewasa yang bersangkutan.
Ketegangan emosi sering kali dinampakkan dalam ketakutan-ketakutan atau kekhawatiran-kekhawatiran. Kekuatan atau kekhawatiran yang timbul itu pada umumnya bergantung pada ketercapaian penyesuaian terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi pada suatu saat tertentu, dan sejauh mana sukses atau kegagalan yang dialami dalam pergumulan persoalan.[9]
5.    Masa Dewasa Awal dan Tugas-tugas Perkembangannya
Fase perkembangan saat seoarang remaja memasuki masa dewasa, yakni antara umur 21 sampai 22 tahun tersebut dewasa awal (early adulthood). Menurut Havighurst (1953) dalam Andi Mappiare, tugas-tugas perkembangan fase dewasa awal adalah sebagai berikut:
a.         Memilih teman bergaul (sebagai calon suami astri).
b.         Belajar hidup bersama dengan suami istri.
c.         Mulai hidup dalam keluarga atau hidup berkeluarga.
d.        Belajar mengasuh anak-anak.
e.         Mengelola rumah.
f.          Mulai bekerja dalam suatu jabatan.
g.         Mulai bertanggung jawab sebagai warga negara secara layak.
h.         Memperoleh kelompok sosial yang seirama dengan nilai-nilai pahamnya.[10]
5.a Penunjang Penguasaan Tugas-tugas Perkembangan
Penguasaan tugas-tugas perkembangan dalam dewasa awal, memang didasari adanya penguasaan tugas-tugas perkembangan dalam masa remaja dan masa-masa kehidupan sebelumnya. Secara umum, sesuai dengan tingkat perkembangan yang dicapai dalam masa dewasa awal, factor penunjang itu bersumber dari dicapainya dari puncak kekuatan fisik dan mental dalam masa ini. Beberapa factor yang sangat penting dalam menunjang penyesuaian terhadap tugas-tugas perkembangan itu meliputi efisien fisik, kemampuan motorik, dan kemampuan mental.
5.b Penghambat-penghambat Dalam Menguasai Tugas Perkembangan
Ada banyak penghambat dalam usaha menguasai tugas-tugas perkembangan. Khusus dalam masa dewas awal, diantara penghambat yang sangat penting sehingga menyukarkan penguasaan tugas-tugas perkembangan adalah latihan yang tak berkesinambungan, adanya perlindungan yang berlebihan-lebihan, adanya perpanjangan pengaruh per group dan aspirasi-aspirasi yang tak realisyis.
Latihan yang tak berkesinambungan sebagai salah satu penghambat penguasaan tugas-tugas perkembangan dewasa awal, berhubungan erat dengan pengalaman-pengalaman belajar dan latihan masa lalu. Ada individu yang di masa kanak-kanaknya tidak mengalami latihan secara kontinyu dalam hal berpikir dan berbuat, sehingga perilaku dalam pubertas dan masa remaja Nampak kurang atau terpolakan secara memadai.
Sikap bergantung yang dimiliki individu hasil pendidikan yang terlalu melindungi dari orang tua dan kakak-kakaknya, merupakan satu diantara factor penghambat langsung bagi pelaksanaan tugas-tugas perkembangan individu yang bersangkutan. Orang dewasa awal yang mempunyai sikap bergantung sangat sukar mengambil keputusan sendiri. Semua keputusan yang harus dibuatnya tidak akan jadi-jadi. Orang tualah yang membuat keputusan baginya. Jika tugas-tugas perkembangan masa remaja dan masa dewasa awal dalah sama, maka adanya perpanjangan pengaruh itu bukan menjadi penghambat. [11]


























C.  PENUTUP
1.      Masa dewasa dini juga bisa disebut pula dengan ialah “adult” yang berasal dari kata kerja latin, seperti  juga istilah “adolescence- adolescere” yang berarti tumbuh menjadi kedewasaan.
Perkembangan fisik meliputi: kesehatan badan, perkembangan sensori, dan perkembangan otak.
2.      Perkembangan kognitif meliputi: Perkembangan pemikiran postformal, dan minat-minat dewasa dini.
3.      Perkembangan psikososial meliputi: Hubungan orang tua dan anak.
4.      Ciri-ciri Dewasa Awal sebagai berikut: Usia Reproduktif, Usia Memantapkan Letak Kedudukan, Usia Banyak Masalah, dan Usia Tegang Dalam Hal Emosi
5.      Tugas-tugas dewasa awal meliputi: Memilih teman bergaul (sebagai calon suami astri), Belajar hidup bersama dengan suami istri, Mulai hidup dalam keluarga atau hidup berkeluarga, Belajar mengasuh anak-anak, Mengelola rumah, Mulai bekerja dalam suatu jabatan, Mulai bertanggung jawab sebagai warga negara secara layak, dan Memperoleh kelompok sosial yang seirama dengan nilai-nilai pahamnya.









Daftar Rujukan


Dariyo, Agoes. 2003. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda.  Jakarta: Grasindo.
Desmita dan Samsunuwiyati. 2007. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Hurlock, Elizabeth B.  1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT. Erlangga.
Mappiare, Andi. 1983. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya: Usaha Nasional.
Nashori, Fuad. 2003. Potensi-Potensi Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tohirin. 2005. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Edisi Revisi). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.



[1] Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, 1980), hlm 246
[2] Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Dewasa Muda, (Jakarta: Grasindo, 2003), hlm 3
[3] Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hlm 234-237
[4] Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Dewasa Muda, (Jakarta: Grasindo, 2003), hlm 55
[5] Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hlm 238-239
[6] Andi Mappiare, Psikologi Orang Dewasai, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), hlm 59-67
[7] Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Dewasa Muda, (Jakarta: Grasindo, 2003), hlm 105
[8] Fuad Nashori, Potensi-Potensi Manusia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hlm 157
[9] Andi Mappiare, Psikologi Orang Dewasai, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), hlm 21-27
[10] Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Edisi Revisi), (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), hlm 41-42
[11] Andi Mappiare, Psikologi Orang Dewasa, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), hlm 32-40

Tidak ada komentar:

Posting Komentar