BAB III
PERIODE BAYI
(0-2 Tahun)
A.
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Masa
bayi berlangsung selama dua tahun pertama setelah periode bayi yang baru lahir
dua minggu. Meskipun masa bayi sering dianggap sebagai masa bayi baru lahir,
tetapi label masa bayi akan digunakan untuk membedakannya dengan periode
pascanatal yang ditandai dengan keadaan sangat tidak berdaya.
Selama
beberapa bulan masa bayi, keadaan tidak berdaya itu secara berangsur-angsur
agak menurun. Akan tetapi tidak berarti bahwa keadaan tidak berdaya secara
cepat menghilang dan bayi menjadi mandiri, melainkan setiap hari setiap minggu
dan setiap bulan bayi semakin mampu mandiri sehingga saat masa bayi berakhir
pada ulang tahun kedua, ia menjadi seorang manusia yang berbeda dengan awal
masa bayi.
Karena
istilah “bayi” banyak ditafsirkan sebagai individu yang tak berdaya, maka
semakin umum orang menanamkan masa bayi selama dua tahun itu sebagai anak
kecil yang baru belajar berjalan. Anak kecil adalah bayi yang telah
berhasil menguasai tubuhnya sehingga relative mandiri.
Oleh
karenanya, penulis tertarik untuk mengkaji dan membahasnya secara lebih luas
dalam makalah ini.
2.
Rumusan Masalah
a.
Bagaimana
perkembangan fisik bayi usia 0-2 tahun?
b.
Bagaimana
perkembangan kognitif bayi usia 0-2 tahun?
c.
Bagaimana
perkembangan psikososial bayi usi 0-2 tahun?
3.
Tujuan
a.
Mendeskripsikan
perkembangan fisik bayi usia 0-2 tahun
b.
Mendeskripsikan
perkembangan kognitif bayi usia 0-2 tahun
c.
Mendeskripsikan
perkembangan psikososial bayi usi 0-2 tahun
B.
PEMBAHASAN
1.
Perkembangan Fisik
Tahun pertama kehidupan ditandai dengan pertumbuhan fisik
secara cepat. Antara kelahiran dan umur satu tahun, anak-anak yang sehat dan
cukup gizi mengalami kenaikan panjang badan sebesar 50% dan berat barat hampir 200%.
Selama 6 bulan pertama dalam hidupnya, laju pertumbuhan lebih cepat
dibandingkan masa selanjutnya. Namun tidak semua bagian tubuh besar secara
bersamaan. Tidak ada hubungan antara pertumbuhan otot.
Kebanyakan para ahli percaya bahwa selama 6 bulan pertama,
bayi dari suatu kelompok dengan budaya dan tingkat social yang sama tumbuh lebih seragam dalam hal
panjang dan berat badan. Namun setelah 6 bulan bayi dari keluarga berada tumbuh
lebih cepat karena gizi yang lebih baik dan standar kesehatan yang tinggi.
Setelah ulang tahun pertama terjadi kelambatan pertumbuhan, diikuti oleh
kenaikan yang tetap dan hampir linier dari tinggi dan berat sampai saat remaja.
Pada usia 3 tahun barulah ukuran tinggi anak merupakan
petunjuk yang baik bagi tinggi masa dewasa. Korelasi antara ukuran tinggi anak
pada usia itu dan pada saat dewasa kurang lebih 0,7. Dengan bertumbuhnya anak,
kaki relative menjadi lebih panjang dari badan, sedang ukuran panjang badan
lebih memanjang dibandingkan dengan lebar badan anak, jadi, potongan atau
bentuk fisik yang bulat pada bayi yang baru lahir secara bertahap menjadi lebih
panjang pada anak yang lebih besar.
a.
Konsep (dari proses) kematangan
Untuk memahami
beberapa perubahan utama yang berlangsung pada 24 bulan pertama kehidupan,
perlu diperkenalkan konsep kematangan. Kematangan menunjukkan urutan yang umum
dari peristiwa biologis dari susunan saraf pusat yang menyebabkan timbulnya
fungsi psikologik, dengan menganggap bahwa anak itu sehat secara fisik dan
hidup dalam lingkungan manusia dan obyek. Timbul kemampuan bicara antara usia 1
dan 3 tahun pada hampir semua anak yang bergaul dengan manusia, merupakan
gambaran terbaik dari kematangan fungsi psikologi.
Otak
seorang bayi berusia 3 bulan tidak cukup berkembang untuk dapat mengerti atau
berbicara. Tetapi anak berusia 2 tahun, yang otaknya cukup matang, tidak akan
berbicara bila tidak berhubungan terlebih dahulu dengan bahasa orang lain.
Kematangan tidak dapat menyebabkan terjadinya suatu fungsi psikologik, ia hanya
memberi batas waktu yang paling dini dari penampakannya.[1]
Dapat
difahami bahwa bayi pada usia ini jika mendapat rangsangan atau
berhubungan(bahasa) dengan orang lain, maka otak mereka berkembang.
b.
Perkembangan Fisik dan Psiko-motorik selama tahun pertama
Pada
waktu dilahirkan maka anak laki-laki pada umumnya lebih panjang dan lebih berat
daripada anak wanita. Selama tahun pertama panajang badan bertambah sepertiga
bagian dan berat badan menjadi tiga kali berat semula.proporsi badan berubah
dengan cepat terutama pada bagian kedua tahun pertama. Kaki tumbuh dengan
sangat cepat disbanding dengan pertumbuhan kepala. Kepala tumbuh relative lebih
lambat dibanding dengan pertumbuhan badan sebagai keseluruan. Meskipun begitu,
besar tengkorak serta bentuk tengkorak berubah dengan jelas. Perbedaan mengenai pertumbuhan fisik anak ini
sangat besar pada berbagai macam kultur dan bangsa. Perbandingannya
adalah : pada waktu dilahirkan maka besar kepala adalah seperempat besar
seluruh badan, pada oang dewasa perbandingan kepala terhadap bagian badan yang
lain adalah seperdelapan.
Pada waktu dilahirkan hanya sedikit anak-anak yang sudah
tumbuh giginya, juga ada anak-anak yang baru pada usia satu tahun tumbuh
giginya. Pada umunya gigi pertama tumbuh pada usia kurang lebih 7 bulan, dan
pada usia 12 bulan biasanya sudah tumbuh 6 buah gigi. Pengerasan tulang-tulang
mulai dalam periode pranatal dan berlangsung terus sampai remaja. Tulang anak
yang masih muda lebih lentur, lebih reaktif dan lebih mudah bengkok daripada
tulang orang dewasa. Tetapi justru karena kelenturannya ini tulang anak tidak
mudah patah. Terdapat banyak perbedaan perseorangan dan perbedaan-perbedaan
kelompok dalam sifat kelenturan tulang ini.
Disamping itu terdapat juga perbedaan diantara
bagian-bagian badan. Juga terdapat perbedaan antara pria dan wanita dengan
wanita lebih unggul daripada pria dalam perkembangan kerangka. Urat daging pada bayi yang baru dilahirkan belum berkembang. Urat
daging tumbuh dalam panjang, lebar, dan besarnya. Urat daging kepala dan
tengkuk berkembang lebih cepat daripada urat daging pada anggota-anggota badan.
Anak laki-laki mempunyai proporsi jaringan urat daging lebih besar dari pada
wanita. Anak wanita berkembang lebih cepat daripada anak laki-laki, mereka
mempunyai lebih banyak lemak dan lebih sedikit air. Anak wanita pada umumnya
lebih ringan berat badannya dan lebih pendek daripada anak laki-laki. Disamping
itu juga tidak terdapat banyak variasi dalam perkembangan badan anak wanita.
Anak
yang baru dilahirkan mempunyai sejumlah refleks. Mereka merupakan dasar bagi
bayi untuk mengadakan reaksi dan tindakan yang aktif. Beberapa dari refleks ini
akan menghilang dalam waktu tertentu dan disebut refleks-refleks anak menusu
atau refleks bayi. Ada yang tidak hilang dan disebut refleks permanen. Termasuk
refleks anak menusu atau refleks-refleks sementara adalah:
a.
Refleks moro (dalam gerak
refleks ini anak mengembangkan tangannya ke samping lebar-lebar, melebarkan
jarinya lalu mengembalikan tangannya dengan tarikan cepat seakan-akan ingin
memeluk seseorang. ) refleks ini disebut juga refleks peluk.
b.
Refleks mencium-cium atau “rooting-reflex” (Refleks ini ditimbulkan oleh stimulasi taktil pada pipi atau daerah
mulut.) Anak mereaksi dengan memutar-mutar kepalanya seakan-akan mencari
punting susu.
c.
Refleks hisap (refleks hisap
biasanya timbul bersama-sama dengan merangsang pipi. Refleks ini mempunyai
fungsi eksploratif yang menenangkan.)
d.
Refleks genggam atau refleks Darwin, (bila kita membuat rangsang dengan menggoreskan jari melalui bagian
dalam lengan anak kearah tangannya, tangan akan membuka bila rangsang hampir
sampai pada telapak tangan. Bila jari diletakkan pada telapak tangan, anak akan
menutup telapak tangannya tadi. )
e.
Refleks Babinski (refleks
genggam kaki). Bila ada rangsang pada telapak kaki, ibu jari kaki akan
bergerak ke atas dan jari-jari lain membuka. Kedua refleks genggam ini akan
menghilang pada sekitar 6 bulan.[2]
Dapat
dipahami bahwa dari penjelasan reflex-refleks diatas, bayi dapat mengadakan
reaksi dan tindakan yang aktif, sehingga perkembangan yang ada pada diri bayai
semakin baik.
c.
Keadaan panca indera dapat dikatakan sebagai berikut :
1.
Penciuman/Pembau
: Ada tanda-tanda bahwa indera pencium pada mulanya belum berkembang meskipun
belum banyak penelitian mengenai hal ini. Bayi hanya nampak memalingkan
kepalanya bila ada bau yang tidak enak.
2.
Pengecap
: bayi yang baru lahir sudah bisa bereaksi dengan menyengirkan mukanya bila
mengecap sesuatu yang tidak enak.
3.
Indera
kulit : Pada bulan terakhir periode fetal bayi sudah mulai merasakan rasa tekan
dan sakit, meskipun masih global dan belum jelas.
4.
Rasa
Suhu : Bayi mempunyai jenjang rasa suhu yang lebar, dari jauh diatas sampai
jauh di bawah suhu badan.
5.
Penglihatan
: Bayi
mengadakan reaksi terhadap perbedaan intensitas stimulus-stimulus visual
melalui refleks biji mata.
6.
Pendengaran
: Bayi yang baru dilahirkan sudah dapat mendengar, ia mengadakan reaksi
terhadap stimulus-stimulus auditif.[3]
Dapat
difahami bahwa panca indera pada bayi sangat sensitive dan reaksi yang sangat
cepat sehingga membuat indera bayi berfungsi dengan baik.
d.
Perkembangan motorik selama masa bayi
Bayi
yang baru lahir dapat menunjukkan beberapa variasi refleks motorik yang
kompleks. Beberapa diantaranya dibutuhkan untuk kelangsungan hidup. Bayi akan
mengikuti cahaya yang bergerak dengan mata mereka, mengisap putting susu yang
dimasukkan ke dalam mulut, menengok pada sentuhan di ujung mulut, dan menggeram
barang yang diletakkan di telapak tangannya.
Beberapa
pola dan tingkah laku motorik pada anak makin lama makin bertambah baik
koordinasiny, makin cermat dan makin tepat, antara lain :
a. Kinestesi : Anak yang baru dilahirkan juga sudah mempunyai aktivitas
kinestetik, yaitu sudah mempunyai gerakan penghayatan gerakan aktif, sudah
dapat merasakan gerakan-gerakannya. Termasuk juga dalam golongan ini pengamatan tingkah laku
sendiri. Juga sebelum dilahirkan, fetus dapat merasakan kinestesi
meskipun masih sangat terbatas.
b.
Duduk : Walaupun bayi yang baru lahir tidak dapat
duduk tanpa dibantu, kemampuan ini berkembang sejak dini. Rata-rata pada usia 2-3 bulan anak dapat duduk dengan bantuan, pada
usia 7 bulan anak dapat duduk tanpa bantuan orang lain.
c.
Merangkak dan merayap : Walaupun ada perbedaan individual antara masa bayi ketika
merangkak dan merayap, semua anak yang dibolehkan bergerak di tanah cenderung
mengikuti urutan yang sama. Usia rata-rata untuk dapat merangkak(bergerak
dengan perut terletak pada lantai) kurang lebih lebih 9 bulan. Merayap dengan
tangan dan lutut terlihat 10 bulan. Seorang bayi dapat melewati satu atau lebih
tahap-tahap dalam perkembangan, namun kebanyakan anak melalui sebagian besar
tahap tersebut.
d.
Berdiri dan Berjalan : Kebanyakan
anak sudah dapat berdiri beberapa minggu sebelum mereka dapat berjalan.
Biasanya anak dapat berjalan pada usia kurang lebih satu tahun meskipun ada
banyak variasinya antara 9-15 bulan.
e.
Memegang/Menggenggam : Antara
minggu ke-16 dan ke-52 ank dapat
memegang sesuatu dengan baik. Sekitar usia 5 bulan anak dapat memegang sesuatu
yang dilihatnya. Anak usia 1 bulan akan memandang benda sesuatu tetapi ia tidak
akan memegangnya. Anak usia 2setengah bulan akan memukulnya dan sekitar usia 4
bulan ia mencoba untuk menyentuhnya. Baru pada usia 5 bulan ia mencoba untuk
memegang/meraihnya. Kemampuan ini tergantung baik pada pemasakan fungsi-fungsi
anak dari dalam maupun dari pengaruh-pengaruh keliling.
f.
Bahasa : Dasar
psiko-motorik tingkah laku bahasa ada pada tahun pertama. Mulai kurang lebih 6
minggu anak muylai meraban (mengoceh). Meraban ini dapat dipandang sebagai
permulaan bahasa dan pada sekitar tahun pertama anak mulai mengucapkan
kata-kata pertama. Pada bagian kedua tahun pertama anak sudah bisa mengadakan
semacam dialog dengan dirinya sendiri. Dalam hubungan ini penting bagaimana
orang-orang disekeliling anak mengadakan reaksi terhadap pernyataan-pernyataan
anak ini. Hal ini sangat penting bagi perkembangan vokalisasi dan
sosialisasinya.[4]
Dapat
dipahami bahwa perkembangan motorik pada bayi mulai nampak pada usia 2-3 bulan,
sehingga bayi bisa mengfungsikan motoriknya.
Tepatnya,
bilamana seorang anak dapat duduk, berdiri atau berjalan tergantung pada kematangan
system saraf dan otot, dan kesempatan untuk mempraktekkan kemampuan motorik.
Jadi, walaupun kemampuan kematangan
berkembang tanpa pelajaran khusus, pembatasan kesempatan untuk mempraktekkan
kepandaiannya dapat menghalangi perkembangan mereka. Latihan khusus tampaknya
member fasilitas bagi perkembangan motorik yang dini.
2.
Perkembangan
Kognitif
Perkembangan kognitif
adalah salah satu aspek perkembangan manusia yang berkaitan dengan pengertian
(pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana
individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.[5]
Dalam memahami
perkembangan kognitif pada bayi, teori piaget sudah sangat terkenal sebagai
dasar acuan untuk memahaminya. Piaget berpendapat bahwa seorang anak berkembang
melalui serangkaian pikiran dari masa bayi hingga masa dewasa yang sesuai
dengan masing-masing tahap usia perkembangannya. Menurut piaget, bayi lahir
dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi
dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut.
Periode sensoris-motorik adalah periode pertama dari empat periode. Piaget
membagi dalam empat sub-tahapan, yakni :[6]
1. Sub-tahapan
skema refleks muncul saat lahir sampai usia enam minggu, dan berhubungan
terutama dengan refleks.
2. Sub-tahapan
fase reaksi sirkular primer muncul dari usia enam minggu samapi enam bulan, dan
berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan- kebiasaan.
3. Sub-tahapan
fase reaksi sirkular sekunder muncul antara usia empat samapai Sembilan bulan.,
dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
4. Sub-tahapan
koordinasi reaksi sirkulasi sekunder muncul dari usia 9-12 bulan, pada usia ini
adalah saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang
permanen.
5. Sub-tahapan
fase reaksi sirkular tersier muncul dalam usia 12-18 bulan, dan berhubungan
dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
6. Sub-tahapan
awal representasi simbolik berhubungan terutama dengan tahapan awal kreatifitas.
A.
Perkembangan Persepsi
Menurut David, persepsi adalah bagaimana kita
mengintegrasikan sensani kedalam persepsi objek, dan bagaimana kita selanjutnya
menggunakan persepsi itu untuk mengenali dunia. Persepsi dapat dikatakan juga
sebagai proses mengintegrasikan suatu informasi. Misalnya, ketika seseorang
mendengarkan musik atau melihat suatu gambar tertentu, maka orang tersebut akan
melakukan interpretasi berdasarkan pengetahuan yang dimiliki dan telah disimpan
dalm ingatan.[7]
Dapat dipahami bahwa, persepsi pada dasarnya merupakan hubungan
manusia dengan lingkungannya, dan bagaimana anak/ bayi mengerti
menginterpretasikan stimulus yang ada di lingkungannya.
Tiga aspek persepsi yang dianggap paling relevan dengan
kognisi yaitu ;
a.
Panca Indra
Panca indra disebut juga ingatan sensoris. Pencatatan
indra menangkap informasi dalam bentuk masih kasar, belum diproses sama sekali
sesudah stimulus fisik diterima. Dalam pencatatan indra, terdapat tiga aspek
ytang dianggap memungkinkan sistem melakukan fungsi penyimpanan rekaman secara
optimal.
1.
Informasi disimpan di dalam bentuk yang kasar, belum
memiliki makna.
2.
Pencatatan indrawi memerlukan ukuran ruang yang cukup
untuk menyimpan informasi yang ditangkap oleh resceptor.
3.
Informasi yang masuk kedalam sistem pencatatan indrawi
berlangsung dalam waktu yang sangat singkat.
b.
Pengenalan Pola
Proses pengenalan pola merupakan tahap lanjutan setelah
pencatatan indra, juga merupakan proses transformasi dan pengorganisasian
informasi yang masih kasar, sehingga memiliki makna tertentu. Adapun faktor
yang mempengaruhi pengenalan pola adalah :
1.
Objek Superiority Effect
Objek
akan dikenal jika objek tersebut merupakan bagian dari rangkaian objek-objek
yang lain, bukan berdiri sendiri secara terpisah.
2.
Word Superiority Effect
Sebuaj
huruf akan lebih cepat dikenal apabila bagian dari sebuah kata disajikan
sendiri.
c.
Perhatian
Perhatian merupakan proses konsentrasi atau pemusatan
aktivitas mental. Perhatian terbagi atas dua hal, yaitu :
1.
Perhatian terbagi
Hal
ini terjadi pada saat orang dihadapkan pada lebih dari satu sumber pesan atau
informasi yang saling berkompetisi, sehingga orang tersebut harus membagi
kompetisi.
2.
Perhatian selektif
Hal ini terjadi pada waktu orang dihadapkan pada dua
tugas atau lebih secara bersamaan waktunya, maka ia harus memutuskan
perhatiannya pada satu tugas saja yang penting dan mengabaikan yang lainnya.[8]
B.
Perkembangan Konsepsi
Menurut chaplin (2002), konsepsi adalah proses
pengembangan ide atau proses berpikir. Untuk mengetahui apa yang sedang
dipikirkan oleh bayi ternyata lebih sulit dibandingkan mengetahui apa yang
dilhatnya. Berdasarkan penelitian-penelitian terbaru tentang perkembangan
persepsi dan konsepsi bayi menunjukkan bahwa bayi sebenarnya memiliki kemampuan
persepsi yang lebih maju dan dapat memulai berpikir jauh lebih awal daripada apa yang dipikirkan
oleh piaget.
Sedangkan, walgito menggolongkan konsep atau pengertian
menjadi beberapa jenis, yaitu[9] :
a.
Konsep; sederhana, yaitu konsep yang dibatasi oleh ciri
atau atribut tunggal, misalnya “merah”
b.
Konsep yang komplek, yaitu konsep yang dibatasi oleh
cirri-ciri yang tidak tunggal atau banyak, misalnya : “membaca”
c.
Konsep kojungtif. Merupakan konsep yang dibatasi oleh
adanya kaitan dua atau lebih sifat atau cirri yang membentuk konsep tersebut.
Misalnya, zebra merupakan binatang menyusui sepertti kuda, tetapi berwarna
loreng.
d.
Konsep disjungtif, merupakan konsep yang di batasi dengan
tiap ciri atau sifat yang membawa objek dalam kelas konsep. Misalnya,
konsep alat transportasi, bisa berupa kuda, truk, becak,mobil, dan sebagainya.
e.
Konsep
relational, yaitu konsep yang mempunyai kaitan dengan pengertian yang lain.
Misalnya, A lebih berat dari B.
C. Perkembangan memori
Menurut
Chaplin (2002), memori adalah keseluruhan pengalaman masa lampau yang dapat di
ingat kembali. Memori merupakan unsur inti dari perkembangan kognitif, sebab
segala bentuk belajar dari individu melibatkan memori. Dengan memori, individu
dapat menyimpan informasi yang ia terima sepanjang waktu. Dibandingkan dengan
aspek-aspek lain dari memori anak, tidak tersedia pengetahuan yang empiris yang
dapat dipercaya selama decade awal abad ke 20 tentang apakah bayi mampu dapat
mengingat sebelum memiliki ketrampilan bahasa, dan kapan atau bagaimana cara
mereka mengingatnya.
Berbeda
dengan pandangan para pakar psikologi terdahulu, yang menganggap bayi tidak
dapat menyimpan memori sampai mereka dapat memiliki ketrampilan berbahasa yang
diperluian untuk membentuk memori itu dan mengingatnya, maka pandangan
kontemporer mempercayai bahwa kemampuan memori bayi telah mulai berkembang jauh
lebih awal dan bahkan sebelum kelahiranya.[10]
D.
Perkembangan
sosio-emosioal masa bayi
Sosialisai
timbal balik merupakan proses dua arah, dimana anak-anak dapat melakukan
sosialisasi yang baik terhadap orang tuanya, dan sebaliknya orang tua dapat
melakukan interaksi dan sosialisasi yang baik dengan anak-anaknya. Sedangkan
sosialisasi timbal balik pada bayi sering ditunjukan dengan kontak mata dan
nyanyian oleh ibu. Perilaku tersebut menurut penelitian yang dilakukan ileh
Fogel dkk, menyatakan bahwa kontak mata yang dilakukan oleh seorang ibu di awal
kelahiran bayi mempunyai peran yang penting bagi perkembangan bayi selanjutnya.
Sedangkan,
perkembangan emosional pada bayi kita sering sulit membedakan ketika dia sedang
menangis atau tertwa.
Para psikolog megklasifikasikan
emosi menjadi dua, yakni emosi positif misalnyasabar, senangm tenag, gembira,
dan suka cita, dan emosi negative, yang mengacu pada emosi negatif misalnya
kecemasan, kemarahan, rasa bersalah, dan lain sebagainya. Kedua emosi tersebut
merupakan dimensi yang independen, dalam arti seorang anak mengalami emosi yang
sama-sama tinggi, yakni, bisa jadi dalam sewaktu waktu mereka dapat mengalami
kegembiraan dan kesedihan.[11]
3.
Perkembangan
Psikososial
Perkembangan
psikososial berhubungan dengan perubahan-perubahan perasaan atau emosi dan
kepribadian serta perubahan dalam bagaimana individu berhubungan dengan orang
lain. Sebagaimana telah dijelaskan di atas, masa bayi adalah masa ketika anak-anak
mulai belajar berjalan, berpikir, berbicara, dan merasakan sesuatu. Meskipun
dalam pemenuhan kebutuhan bayi masih sangat tergantung kepada pengasuhnya,
namun bukan berarti mereka sama sekali pasif. Sebab, sejak lahir, pengalaman
bayi semakin bertambah dan iaberpartisipasi aktif dalam perkembangan
psikososialnya sendiri, mengamati dan berinteraksi dengan orang-orang
sekitarnya.
Sebagai bayi yang
sedang tumbuh menjadi lebih dewasa, dia memiliki kedekatan dan keterkaitan
emosional dengan orang-orang penting dalam hidupnya. Hal ini terlihat misalnya,
bayi menangis ketika didekati oleh orang yang tidak dikenalnya, dan dia
menyambut hangat kedatangan ibu atau bapaknya. Bayi juga berpartisipasi dalam
menjalin hubungan dengan cara-cara yang lebih halus, seperti ikut bermain bersama saudaranya yang lebih tua. Lebih dari
itu, bayi juga menyatakan perasaan atau kebutuhanya dengan cara-cara yang
membingungkan. Missalnya, ketika orang tuanya memberikan makanan tertentu, ia
menolak, tetapi ketika makanan terseebut diberikan oleh seorang baby sister, ia
menerimanya dengan perasaan senang.
Perilaku demikian
menunjukan adanya dua tema utama dalam
perkembangan psikososial selama masa bayi, yaitu kepercayaan dan otonomi. Bayi
mempelajarai apa yang diharapkan dari orang-orang yang penting dalam hidupnya.
Mereka mengembangkan suatu perasaan mengenai siapa yang mereka senangi atau
yang tidak mereka senangi dan makanan apa yang mereka sukai dan yang tidak di
sukai.
Dalam uraian berikut
akan dikemukakan beberapa hal penting yang berkaitan dengan perkembangan
psikososial pada masa bayi. Diantaranya emosi, temperamen, dan
attachment(keterkaiatan).[12]
a. Perkembangan
emosi
Emosi adalah sebuah
istilah yang sudah popular, namun maknanya yang tepat masih membingungkan, baik
dikalangan ahli psikologi maupun ahli
filsafat. Oleh sebab itu kalau di rumusan para psikolog tentang emosi sangat
bervariasi sesuai dengan orientsi teoritisnya yang berbeda-beda. Meskipun
demikian kata Chaplin(2002), terdapat persesuaian umum bahwa keadaan emosional
merupakan suatu reaksi kompleks yang mengait satu tingkat tinggi kegiatan dan
perubahan-perubahan secara mendalam, serta dibarengi perasaan yang kuat, atau
disertai keadaan afektif. Goleman(1995) menggunakan istilah emosi merujuk pada
“ a feeling and its destinitive thoughts,
psychological and biological states, and range of propensities to act”.
Sedang morgan, king dan robinson, (1984) mendevinisikan emosi sebagai : “A subjective feeling state, often
aecompained by facial and bodily expressions, and having arousing and
motivating properties”. Jadi emosi dapat diartikan sebagai perasaan atau
afeksi yang melibatkan kombinasi antara gejulak fisiologis (seperti denyut
jantung yang cepat) dan perilaku yang tampak (seperti senyuman atau ringisan).
Untuk dapat memehami
secara pasti mengenai kondisi emosi bayi adalah sangatlah sukar, sebab
informasi mengenai aspek emosi yang subjektif hanya dapat diperoleh dengan cara
introspeksi, sedangkan bayi sesuai dengan usianya yang masih sangat muda tidak
dapat menggunakan cara tersebut dengan baik. Beberapa ahli mencoba memahami
kondisi emosi bayi melalui ekspresi tubuh dan wajah, namun para ahli psikologi
yang lain mempertanyakan seberapa penting keddua ekspresi tubuh dan wajah itu
dapat menentukan apakah seorang bayi berada dalam suatu kondisi emosianal
tertentu.
Meskipun demikian. Para
ahli telah lama mempercayai bahwa kemampuan untuk berinteraksi secara emosional
sudah ada pada bayi yang baru lahir seperti menangis, tersenyum, dan frustasi.
Bahkan beberapa para peneliti percaya
bahwa beberapa minggu setelah lahir, bayi dapat memperlihatkan bermacam-macam
ekspresi dari semua emosi dasar, termasuk kebahagiaan, perhatian, keheranan,
ketakutan, kemarahan, kesedihan, dan kemuakan sesuai dengan situasinya (Campos
et al, 1983). Di samping ada sejumlah emosi yang sudah berfungsi sejak lahir,
ada pula emosi lain yang dipengaruhi oleh factor pematangan (maturation) dan
pengalaman (belajar).
Untuk mengetahui apakah
bayi benar-benar mengeksperesikan emosi tertentu, Carroll Izard (1982) telah
mengembangkan suatu system pengkodean eksperesi wajah bayi yang berkaitan
dengan emosi tertentu yang dikenal dengan Maximalli Discriminative Facial Movement
Coding System. Berdasarkan system klasifikasi izrad, diketahui beberapa
eksperesi emosi selama bayi, yaitu: kegembiraan tertawwa di eksperesikan pada
usia 4 bulan, ketakutan pada usia 5 hingga 8 bulan, dan emosi-emosi yang lebih
rumit seperti malu, kebingungan, rasa bersalah, cemburu, dan kebanggaan
dieksperesikan selama anak belajar.
Eksperesi berbagai
emosi tersebut mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan anak.
Bretherton et al (1981) menyebutkan 3 fungsi utama eksperesi emosi bayi, yaitu
, 1) adaptasi dan kelangsungan hidup 2) regulasi 3) komunikasi. Sehubungan
dengan fungsi penyesuaian diri dan kelangsungan hidup, berbagai ketakutan
adalah bersifat adaptif, karena ada kaitan yang jelas antara gejolak perasaan dengan kemungkinan bahaya. Berkaitan
dengan fungsi pengaturan, emosi mempengaruhi informasi yang diseleksi anak-anak
dari dunia persepsi dan perilaku yang mereka perhatikan. Anak-anak yang sedang
bergembira misalnya, cenderung mengikuti apa yang sedang mereka pelajari di
banding dengan anak-anak yang sedang sedih. Kemudian, berkaitan dengan fungsi
komunikasi, anak-anak menggunakan emosi unruk menginformsikan pada orang lain
tentang perasan-perasam dan kebutuhan-kebutuhannya.[13]
b. Perkambangan
temperamen
Temperamen
(tabiat, perangai) merupakan salah suatu dimensi psikologis yang berhubungan
dengan aktivitas fisik dan emosional serta merespons. Secara sederhana Goleman
(1995) merumuskan temperamen sebagai “the
moods that typify our emotional life” sedangkan Baltes (1998) mengartikan
temperamen sebagai :an individual’s
behavioral style and characteristic way of responding” sementara iru Seifert dan Hffnung (1994)
menjelaskan “ temperament refers to
individual differences in responsiveness and self-regulation that are present
at birth, are relatively stable and enduring over time and cross situation, and
are influenced by the intrections of heredity, maturation, and experiencive.
Dari beberapa definisi
tersebut dapat dipahami bahwa temperamen adalah perbedaan kualitas dan
intensitas respons emosional serta pengaturan diri yang memunculkan perilaku
individual yang terlihat sejak lahir, yang relative stabil dan menetap dari
waktu ke waktu dan pada semua situasi, yang dipengaruhi oleh intereksi antara
pembawaan, kematangan dan pengalaman.
Sejak lahir bayi
memperlihatkan berbagai aktivitas individual yang berbeda-beda. Beberapa bayi
yang sangat aktif menggerakan tangan, kaki, dan mulutnya tanpa henti-hentinya,
tetapi bayi yang lain terlihat lebih tenang. Sebagian bayi merespon dengan
hangat kepada orang lain, sementara yang lain cerewet, rewel, dan susuah
diatur. Semua gaya perilaku ini merupakan temperamen seorang bayi.
Kebanyakan peniliti
mengakui adanya perbedaan dalam kecenderungan reaksi utama, seperti kepekaan
terhadap rangsangan visual atau verbal, respons emosional, dan keramahan dari
bayi yang baru lahir. Peneliti Alexander Thomas dan Stella Chess (1977)
misalnya, memperlihatkan adanya perbedaan dalam tingkatan aktivitas bayi,
keteraturan dalam fungsi jasmani, pendekatan terhadap stimuli dan situasi baru,
kemampuan beradaptasi denga situasi dan orang-orang baru, reaksi emosional, kepekaan
terhadap rangsangan, kualitas suasana hati dan jangkuan perhatian.
Dari hasil penelitian
ini, Alexander Thomas dan Stella Chess mengklasifikasikan temperamen atas tiga
pola dasar. Pertama, bayi yang
bertemperamen sedang, menunjukan suasana hai yang lebih positif, keteraturan
fungsi tubuh dan mudah beradaptasi dengan situasi baru. Kedua, bayi yang
bertemperamen tinggi, memperlihatkan suasana hati yang negative, fungsi-fungsi
tubuh tidak teratur, dan stress dalam menghadapi situasi baru. Ketiga, anak
yang bertemperamen rendah, memiliki tingkat aktifitas yang rendah dan secara
relative tidak dapat menyesuaikan diri dengan pengalaman baru, suka murung
serta memperlihatkan intensitas suasana hatiyang rendah (Thomas dan Chess,
1977).
Pola-pola temperamen tersebut
merupakan suatu karaktersitik tetap sepanjang masa bayi dan anak-anak yang akan
dibentuk dan di perbaharui oleh pengalaman anak dikemudian hari, misalnya anak
usia2 tahun yang digolongkan secara ekstrim sebagai pemalu dan penakut, akan
tetap menjadi anak pemalu dan penakut
pada usia 8 tahun (Seifert dan Huffnung, 1994). Ini menunjukan adanya
konsistensi perkembangan temperamen sejak lahir. Konsistensi temperamen ini di
tentukan oleh factor keturunan, kematangan, dan pengalaman, terutama pola pengasuh
orang tua.[14]
c. Perkembangan
Attachement
Bayi
yang baru lahir telah memiliki perasaan social, yakni kecenderungan alami untuk
berinteraksi dan melakukan penyesuaian social terhadap orang lain. Hal ini
berkaitan dengan kondisi bayi yang sangat lemah pada saat lahir, sehingga ia
sangat membutuhkan pengasuhan dari orang lain dalam mempertahankan hidupnya.
Oleh sebab itu, tidak heran kalo bayi dalam semua kebudayaan mengembangkan
kontak dan ikatan social yang sangat kuat dengan orang yang mengasuhnya, terutama
ibunya.
Kontak
social pertama bayi dengan pengasuhnya ini diperkirakan mulai terjadi pada usia dua bulan, yaitu pada saat bayi
mulai tersenyum ketika memandang wajah ibunya. Kemampuan bayi untuk tersenyum
di usia dini tersebut berperan dalam memperkukuh hubungan ibu dan anak. Sebab
dengan senyuman itu bayi ingin menyatakan pada ibunya bahwa ia mengenal atau
mencintainya, dan karena itu akan mendorong ibu untuk membalas senyumanya,
sehingga pada gilirannya masing-masing saling memperkuat respon social. Perkembangan
awal kontak social pada bayi ini merupakan dasar bagi pembentukan hubungan
social dikemudian hari (Einsenberg, 1994).
Kemudian
saat bayi memasuki usia 3 atau 4 bulan mereka semakin memperlihatkan bahwa
mereka mengenal dan menyenangi anggota keluarga yang dikenalnya dengan
senyuman, serta dapat menerima kehadirian orang asing. Tetapi pada usia
kira-kira 8 bulan muncul “objek permanen” bersamaan dengan kekawatiran
terhadap orang tidak dikenal, yang
disebut dengan stranger anxety (perasaan malu terhadap orang yang tak dikenal).
Pada masa ini bayi mulai memperlihatkan reaksi ketika didekati oleh orang yang
tidak dikenalinya ( Mayers, 1996).
Setelah
usia 8 bulan, seorang bayi dapat membentuk gambaran mental tentang orang-orang
atau keadaan. Gambaran ini disebut skema, yang disimpan dalam memori dan
kemudian diingatnya kembali untuk dibandingkan dengan situasi sekarang.
Diantara skema yang penting yang
dimiliki bayi usia 8 bulan adalah skema tentang wajah orang yang dikenali,
ketika mereka tidak dapat menerima wajah baru dalam skema ingatan ini, mereka
akan menjadi sedih (Kagan,1984)
Pada
usia 12 bulan umumnya bayi melekat erat pada orang tuanya ketika ketakutan atau
mengira akan ditinggalkan. Ketika mereka bersama kembali, mereka akan mengumbar
senyuman dan memeluk orang tuanya. Tidak ada tingkah laku social yang lebih
mencolok dibanding dengan kekuatan ini, dan perasaan saling cinta antara bayi
dan ibu ini disebut dengan attachement (keterkaitan) (Myers, 1996).
Attachement
adalah sebuah istilah yang pertama kali diperkenalkan oleh J. Bowly tahun 1958
untuk menggambarkan pertalian atau ikatan antara ibu dan anak (Jhonson dan
Medinnus,1974) menurut Martin Herbert dalam the
social sciences encyclopedia, “attachemen mengacu pada ikatan anatara dua
orang individu atau lebih, sifatnya adalah hubungan psikologis yang
diskriminatif dan spesifik, serta mengikat seseorang dengan orang lain dalam
rentang waktu dan ruang tertentu” (Kuper dan Kuper, 2000). Feldman (1996),
mendefinisikan attachement sebagai “the positive
emotional bond that develops between a child and particular individual”.
Menurut Seifert dan Hoffnung (1994), attachement adalah “en intimate and enduring emotional relationship between two people,
such as infant and caregiver, characterized by reciprocal affection and a
periodic desire to maintain physical closeness”.
Para
ahli riset dan klinis lebih menaruh perhatian pada dua jenis ikatan, yaitu
keterkaitan dengan orang tua dan keterkaitan dengan anak-anak. Sudah diakui
secara luas bahwa anak-anak secara psikologis terikat pada orang tua
mereka. Bayi-bayi manusia mula-mula
mengalami keterkaitan denga ibunya dan tidak lama kemudian dengan orang dekat
selain ibu dalam pertengahan kedua usia mereka yang pertama. Kebanyakan ahli
psikologi perkembangan mempercayai bahwa attachemen pada bayi merupakan dasar
utama bagi pembentukan kehidupan social anak dikemudian hari.
Keterkaitan
tidak aman pada bayi berkaitan erat dengan pola pengasuh dari ibunya yang
kurang peka dan tidak responsive selama tahun pertama kehidupanya. Ibu pada
bayi yang memperlihatkan keterkaitan tidak aman, cenderung lebih bereaksi
berdasarkan keinginan atau perasaan mereka dari pada sinyal yang datang dari
bayinya.[15]
d. Perkembangan
rasa percaya (trust)
Sesuai
tahap perkembangan psikososial erikson tahun tahun pertama kehidupan ditandai
oleh perkembangan rasa percaya dan rasa tidak percaya. Keadaan percaya pada
umumnya mengandung tiga aspek yaitu :
1)
Bahwa bayi
belajar percaya pada kesamaan dan kesinambungan dari pengasuh di luarnya
2)
Bahwa bayi
belajar percaya diri dan dapat percaya pada kemampuan organ-orannya sendiri
untuk mengulangi dorongan-dorongan
3)
Bahwa bayi
menganggap dirinya cukup dapat dipercaya sehingga pengasuh tak perlu waspada
dirugikan
Dengan demikian, bayi
yang memiliki rasa percaya dalam dirinya cenderung untuk memilih rasa aman dan
percaya diri untuk mengeksplorasi lingkungan baru. Sebaliknya, bayi yang
memiliki rasa tidak percaya cenderung tidak memiliki harapan-harapan positif.
e. Perkembangan
otonomi
Menurut Chaplin (2002)
otonomi adalah kebebasan individu manusia untuk memilih, untuk menjadi kesatuan
yang bisa memerintah, menguasai dan menentukan dirinya sendiri. Menurut
erikson, otonomi atau kemandirian merupakan tahap kedua perkembangan psikososial
yang berlangsung pada masa bayi dan masa
baru pandai berjalan. Otonomi dibangun diatas perkembangan kemampuan mental dan
kemampuan motorik.
Erikson yakin tahap
otonomi versus rasa malu dan ragu-ragu memiliki implikasi yang penting bagi
perkembangan kemandiriran dan identitas selama masa remaja. Perkembangan
otonomi selama tahun-tahun balita member remaja dorongan untuk menjadi individu
yang mandiri, yang dapat memiliki dan menentukan masa depan mereka sendiri.
Meskipun demikian menurut santrock (1995), terlalu banyak otonomi sama
bahayanya dennga terlalu sedikit otonomi.[16]
C.
KESIMPULAN
1.
Perkembangan
Fisik adalah Perkembangan psikomotorik bayi yang meliputi perkembangan panca
indera , berbagai gerak reflex dan perkembangan motorik bayi pada usia 0-2
tahun.
2.
Perkembangan
kognitif bayi adalah salah satu aspek perkembangan manusia yang berkaitan
dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang berkaitan
dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
3.
Perkembangan
psikososial adalah perkembangan yang berhubungan dengan perubahan-perubahan
perasaan atau emosi dan kepribadian serta perubahan dalam bagaimana individu
berhubungan dengan orang lain.
DAFTAR RUJUKAN
Desmita.2006.Psikologi
perkembangan, Bandung: PT.Remaja Rusda Karya
Muallifah.2009.Psycho
Islamic Smart Parenting, Jogjakarta: Diva Press
Monks,Knoers,siti
rahayu haditono.1982.Psikologi Perkembangan:Pengantar dengan berbagai
bagiannya.Jogjakarta:Gajamadha University Press
Henry
Mussen,Paul.1988.Perkembangan dan Kepribadian Anak.Jakarta: Erlangga
B.hurlog,Elisabeth.Psikologi
Perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang Rentang Kehidupan.Jakarta:Erlangga
Dzulkifli,1986.Psikologi
Perkembangan.Bandung: PT Remaja Rosda karya
Kartono,Kartini.2007.Psikologi
Anak(Psikologi Perkembangan).Bandung: Mandar Maju
Mahmud,dimyatti,1990.Psikologi
suatu Pengantar Edisi 1.Jogjakarta: BPFE
Kartono,Kartini.1992.Psikologi
Wanita: mengenal wanita sebagai Ibu&Nenek.Bandung: Mandar Maju
[1]
Paul Henry Mussen, John Janeway Conger, Jerome Kagan, Aletha Carol Huston, Perkembangan
dan Kebribadian Anak, 1988, Jakarta: Penerbit Erlangg, hal.75
[2]
Monks, Knoers,A.M.P, Psikologi Perkembangan: Pengantar Dengan Berbagai
Bagiannya, (1992), Yogyakarta:Gajah Mada Unisersity Press, hal.75
[3]
Monks, Knoers,A.M.P, Psikologi Perkembangan: Pengantar Dengan Berbagai
Bagiannya, (1992), Yogyakarta:Gajah Mada Unisersity Press, hal. 76
[4]
Monks, Knoers,A.M.P, Psikologi Perkembangan: Pengantar Dengan Berbagai
Bagiannya, (1992), Yogyakarta:Gajah Mada Unisersity Press, hal.81
[5]
Desmita ., Psikilogi Perkembangan,2010, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, hal. 103
[6]
Muallifah, S.Psi., psycho islmic smart parenting, 2009, Jogjakarta, Diva Press,
hal. 16-17
[7]
Muallifah, S.Psi., psycho islmic smart parenting, 2009, Jogjakarta, Diva Press,
hal. 18
[8]
Muallifah, S.Psi., psycho islmic smart parenting, 2009, Jogjakarta, Diva Press,
hal. 18-24
[9]
Muallifah, S.Psi., psycho islmic smart parenting, 2009, Jogjakarta, Diva Press,
hal. 26
[10]
Desmita ., Psikilogi Perkembangan,2010, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, hal.111
[11]
Muallifah, S.Psi., psycho islmic smart parenting, 2009, Jogjakarta, Diva Press,
hal.33-36
[12]
Desmita ., Psikilogi Perkembangan,2010, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, hal.115
[13]
Desmita ., Psikilogi Perkembangan,2010, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, hal.117
[14]
Desmita ., Psikilogi Perkembangan,2010, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, hal.118
[15]
Desmita ., Psikilogi Perkembangan,2010, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, hal.119
[16]
Desmita ., Psikilogi Perkembangan,2010, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, hal.125
Tidak ada komentar:
Posting Komentar