Rabu, 05 Juni 2013

psikologi periode bayi 0-2 tahun



BAB III

PERIODE BAYI
(0-2 Tahun)

A.                PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
Masa bayi berlangsung selama dua tahun pertama setelah periode bayi yang baru lahir dua minggu. Meskipun masa bayi sering dianggap sebagai masa bayi baru lahir, tetapi label masa bayi akan digunakan untuk membedakannya dengan periode pascanatal yang ditandai dengan keadaan sangat tidak berdaya.
Selama beberapa bulan masa bayi, keadaan tidak berdaya itu secara berangsur-angsur agak menurun. Akan tetapi tidak berarti bahwa keadaan tidak berdaya secara cepat menghilang dan bayi menjadi mandiri, melainkan setiap hari setiap minggu dan setiap bulan bayi semakin mampu mandiri sehingga saat masa bayi berakhir pada ulang tahun kedua, ia menjadi seorang manusia yang berbeda dengan awal masa bayi.
Karena istilah “bayi” banyak ditafsirkan sebagai individu yang tak berdaya, maka semakin umum orang menanamkan masa bayi selama dua tahun itu sebagai anak kecil yang baru belajar berjalan. Anak kecil adalah bayi yang telah berhasil menguasai tubuhnya sehingga relative mandiri.
Oleh karenanya, penulis tertarik untuk mengkaji dan membahasnya secara lebih luas dalam makalah ini.










2.      Rumusan Masalah
a.       Bagaimana perkembangan fisik bayi usia 0-2 tahun?
b.      Bagaimana perkembangan kognitif bayi usia 0-2 tahun?
c.       Bagaimana perkembangan psikososial bayi usi 0-2 tahun?

3.      Tujuan
a.       Mendeskripsikan perkembangan fisik bayi usia 0-2 tahun
b.      Mendeskripsikan perkembangan kognitif bayi usia 0-2 tahun
c.       Mendeskripsikan perkembangan psikososial bayi usi 0-2 tahun






























B.     PEMBAHASAN

1.      Perkembangan Fisik
Tahun pertama kehidupan ditandai dengan pertumbuhan fisik secara cepat. Antara kelahiran dan umur satu tahun, anak-anak yang sehat dan cukup gizi mengalami kenaikan panjang badan sebesar 50% dan berat barat hampir 200%. Selama 6 bulan pertama dalam hidupnya, laju pertumbuhan lebih cepat dibandingkan masa selanjutnya. Namun tidak semua bagian tubuh besar secara bersamaan. Tidak ada hubungan antara pertumbuhan otot.
Kebanyakan para ahli percaya bahwa selama 6 bulan pertama, bayi dari suatu kelompok dengan budaya dan tingkat social  yang sama tumbuh lebih seragam dalam hal panjang dan berat badan. Namun setelah 6 bulan bayi dari keluarga berada tumbuh lebih cepat karena gizi yang lebih baik dan standar kesehatan yang tinggi. Setelah ulang tahun pertama terjadi kelambatan pertumbuhan, diikuti oleh kenaikan yang tetap dan hampir linier dari tinggi dan berat sampai saat remaja.
Pada usia 3 tahun barulah ukuran tinggi anak merupakan petunjuk yang baik bagi tinggi masa dewasa. Korelasi antara ukuran tinggi anak pada usia itu dan pada saat dewasa kurang lebih 0,7. Dengan bertumbuhnya anak, kaki relative menjadi lebih panjang dari badan, sedang ukuran panjang badan lebih memanjang dibandingkan dengan lebar badan anak, jadi, potongan atau bentuk fisik yang bulat pada bayi yang baru lahir secara bertahap menjadi lebih panjang pada anak yang lebih besar.
a.      Konsep (dari proses) kematangan
Untuk memahami beberapa perubahan utama yang berlangsung pada 24 bulan pertama kehidupan, perlu diperkenalkan konsep kematangan. Kematangan menunjukkan urutan yang umum dari peristiwa biologis dari susunan saraf pusat yang menyebabkan timbulnya fungsi psikologik, dengan menganggap bahwa anak itu sehat secara fisik dan hidup dalam lingkungan manusia dan obyek. Timbul kemampuan bicara antara usia 1 dan 3 tahun pada hampir semua anak yang bergaul dengan manusia, merupakan gambaran terbaik dari kematangan fungsi psikologi.
Otak seorang bayi berusia 3 bulan tidak cukup berkembang untuk dapat mengerti atau berbicara. Tetapi anak berusia 2 tahun, yang otaknya cukup matang, tidak akan berbicara bila tidak berhubungan terlebih dahulu dengan bahasa orang lain. Kematangan tidak dapat menyebabkan terjadinya suatu fungsi psikologik, ia hanya memberi batas waktu yang paling dini dari penampakannya.[1]
Dapat difahami bahwa bayi pada usia ini jika mendapat rangsangan atau berhubungan(bahasa) dengan orang lain, maka otak mereka berkembang. 
b.      Perkembangan Fisik dan Psiko-motorik selama tahun pertama
Pada waktu dilahirkan maka anak laki-laki pada umumnya lebih panjang dan lebih berat daripada anak wanita. Selama tahun pertama panajang badan bertambah sepertiga bagian dan berat badan menjadi tiga kali berat semula.proporsi badan berubah dengan cepat terutama pada bagian kedua tahun pertama. Kaki tumbuh dengan sangat cepat disbanding dengan pertumbuhan kepala. Kepala tumbuh relative lebih lambat dibanding dengan pertumbuhan badan sebagai keseluruan. Meskipun begitu, besar tengkorak serta bentuk tengkorak berubah dengan jelas. Perbedaan mengenai pertumbuhan fisik anak ini sangat besar pada berbagai macam kultur dan bangsa. Perbandingannya adalah : pada waktu dilahirkan maka besar kepala adalah seperempat besar seluruh badan, pada oang dewasa perbandingan kepala terhadap bagian badan yang lain adalah seperdelapan.
Pada waktu dilahirkan hanya sedikit anak-anak yang sudah tumbuh giginya, juga ada anak-anak yang baru pada usia satu tahun tumbuh giginya. Pada umunya gigi pertama tumbuh pada usia kurang lebih 7 bulan, dan pada usia 12 bulan biasanya sudah tumbuh 6 buah gigi. Pengerasan tulang-tulang mulai dalam periode pranatal dan berlangsung terus sampai remaja. Tulang anak yang masih muda lebih lentur, lebih reaktif dan lebih mudah bengkok daripada tulang orang dewasa. Tetapi justru karena kelenturannya ini tulang anak tidak mudah patah. Terdapat banyak perbedaan perseorangan dan perbedaan-perbedaan kelompok dalam sifat kelenturan tulang ini.
Disamping itu terdapat juga perbedaan diantara bagian-bagian badan. Juga terdapat perbedaan antara pria dan wanita dengan wanita lebih unggul daripada pria dalam perkembangan kerangka. Urat daging pada bayi yang baru dilahirkan belum berkembang. Urat daging tumbuh dalam panjang, lebar, dan besarnya. Urat daging kepala dan tengkuk berkembang lebih cepat daripada urat daging pada anggota-anggota badan. Anak laki-laki mempunyai proporsi jaringan urat daging lebih besar dari pada wanita. Anak wanita berkembang lebih cepat daripada anak laki-laki, mereka mempunyai lebih banyak lemak dan lebih sedikit air. Anak wanita pada umumnya lebih ringan berat badannya dan lebih pendek daripada anak laki-laki. Disamping itu juga tidak terdapat banyak variasi dalam perkembangan badan anak wanita.
Anak yang baru dilahirkan mempunyai sejumlah refleks. Mereka merupakan dasar bagi bayi untuk mengadakan reaksi dan tindakan yang aktif. Beberapa dari refleks ini akan menghilang dalam waktu tertentu dan disebut refleks-refleks anak menusu atau refleks bayi. Ada yang tidak hilang dan disebut refleks permanen. Termasuk refleks anak menusu atau refleks-refleks sementara adalah:
a.      Refleks moro (dalam gerak refleks ini anak mengembangkan tangannya ke samping lebar-lebar, melebarkan jarinya lalu mengembalikan tangannya dengan tarikan cepat seakan-akan ingin memeluk seseorang. ) refleks ini disebut juga refleks peluk.
b.      Refleks mencium-cium atau “rooting-reflex” (Refleks ini ditimbulkan oleh stimulasi taktil pada pipi atau daerah mulut.) Anak mereaksi dengan memutar-mutar kepalanya seakan-akan mencari punting susu.
c.       Refleks hisap (refleks hisap biasanya timbul bersama-sama dengan merangsang pipi. Refleks ini mempunyai fungsi eksploratif yang menenangkan.)
d.      Refleks genggam atau refleks Darwin, (bila kita membuat rangsang dengan menggoreskan jari melalui bagian dalam lengan anak kearah tangannya, tangan akan membuka bila rangsang hampir sampai pada telapak tangan. Bila jari diletakkan pada telapak tangan, anak akan menutup telapak tangannya tadi. )
e.       Refleks Babinski (refleks genggam kaki). Bila ada rangsang pada telapak kaki, ibu jari kaki akan bergerak ke atas dan jari-jari lain membuka. Kedua refleks genggam ini akan menghilang pada sekitar 6 bulan.[2]
Dapat dipahami bahwa dari penjelasan reflex-refleks diatas, bayi dapat mengadakan reaksi dan tindakan yang aktif, sehingga perkembangan yang ada pada diri bayai semakin baik.




c.       Keadaan panca indera dapat dikatakan sebagai berikut :
1.      Penciuman/Pembau : Ada tanda-tanda bahwa indera pencium pada mulanya belum berkembang meskipun belum banyak penelitian mengenai hal ini. Bayi hanya nampak memalingkan kepalanya bila ada bau yang tidak enak.
2.      Pengecap : bayi yang baru lahir sudah bisa bereaksi dengan menyengirkan mukanya bila mengecap sesuatu yang tidak enak.
3.      Indera kulit : Pada bulan terakhir periode fetal bayi sudah mulai merasakan rasa tekan dan sakit, meskipun masih global dan belum jelas.
4.      Rasa Suhu : Bayi mempunyai jenjang rasa suhu yang lebar, dari jauh diatas sampai jauh di bawah suhu badan.
5.      Penglihatan : Bayi mengadakan reaksi terhadap perbedaan intensitas stimulus-stimulus visual melalui refleks biji mata.
6.      Pendengaran : Bayi yang baru dilahirkan sudah dapat mendengar, ia mengadakan reaksi terhadap stimulus-stimulus auditif.[3]
Dapat difahami bahwa panca indera pada bayi sangat sensitive dan reaksi yang sangat cepat sehingga membuat indera bayi berfungsi dengan baik.
d.      Perkembangan motorik selama masa bayi
Bayi yang baru lahir dapat menunjukkan beberapa variasi refleks motorik yang kompleks. Beberapa diantaranya dibutuhkan untuk kelangsungan hidup. Bayi akan mengikuti cahaya yang bergerak dengan mata mereka, mengisap putting susu yang dimasukkan ke dalam mulut, menengok pada sentuhan di ujung mulut, dan menggeram barang yang diletakkan di telapak tangannya.
Beberapa pola dan tingkah laku motorik pada anak makin lama makin bertambah baik koordinasiny, makin cermat dan makin tepat, antara lain :
a.      Kinestesi : Anak yang baru dilahirkan juga sudah mempunyai aktivitas kinestetik, yaitu sudah mempunyai gerakan penghayatan gerakan aktif, sudah dapat merasakan gerakan-gerakannya. Termasuk juga dalam golongan ini pengamatan tingkah laku sendiri. Juga sebelum dilahirkan, fetus dapat merasakan kinestesi meskipun masih sangat terbatas.
b.      Duduk : Walaupun bayi yang baru lahir tidak dapat duduk tanpa dibantu, kemampuan ini berkembang sejak dini. Rata-rata pada usia 2-3 bulan anak dapat duduk dengan bantuan, pada usia 7 bulan anak dapat duduk tanpa bantuan orang lain.
c.       Merangkak dan merayap : Walaupun ada perbedaan individual antara masa bayi ketika merangkak dan merayap, semua anak yang dibolehkan bergerak di tanah cenderung mengikuti urutan yang sama. Usia rata-rata untuk dapat merangkak(bergerak dengan perut terletak pada lantai) kurang lebih lebih 9 bulan. Merayap dengan tangan dan lutut terlihat 10 bulan. Seorang bayi dapat melewati satu atau lebih tahap-tahap dalam perkembangan, namun kebanyakan anak melalui sebagian besar tahap tersebut.
d.      Berdiri dan Berjalan : Kebanyakan anak sudah dapat berdiri beberapa minggu sebelum mereka dapat berjalan. Biasanya anak dapat berjalan pada usia kurang lebih satu tahun meskipun ada banyak variasinya antara 9-15 bulan.
e.       Memegang/Menggenggam : Antara minggu ke-16  dan ke-52 ank dapat memegang sesuatu dengan baik. Sekitar usia 5 bulan anak dapat memegang sesuatu yang dilihatnya. Anak usia 1 bulan akan memandang benda sesuatu tetapi ia tidak akan memegangnya. Anak usia 2setengah bulan akan memukulnya dan sekitar usia 4 bulan ia mencoba untuk menyentuhnya. Baru pada usia 5 bulan ia mencoba untuk memegang/meraihnya. Kemampuan ini tergantung baik pada pemasakan fungsi-fungsi anak dari dalam maupun dari pengaruh-pengaruh keliling.
f.       Bahasa : Dasar psiko-motorik tingkah laku bahasa ada pada tahun pertama. Mulai kurang lebih 6 minggu anak muylai meraban (mengoceh). Meraban ini dapat dipandang sebagai permulaan bahasa dan pada sekitar tahun pertama anak mulai mengucapkan kata-kata pertama. Pada bagian kedua tahun pertama anak sudah bisa mengadakan semacam dialog dengan dirinya sendiri. Dalam hubungan ini penting bagaimana orang-orang disekeliling anak mengadakan reaksi terhadap pernyataan-pernyataan anak ini. Hal ini sangat penting bagi perkembangan vokalisasi dan sosialisasinya.[4]
Dapat dipahami bahwa perkembangan motorik pada bayi mulai nampak pada usia 2-3 bulan, sehingga bayi bisa mengfungsikan motoriknya.
Tepatnya, bilamana seorang anak dapat duduk, berdiri atau berjalan tergantung pada kematangan system saraf dan otot, dan kesempatan untuk mempraktekkan kemampuan motorik. Jadi, walaupun  kemampuan kematangan berkembang tanpa pelajaran khusus, pembatasan kesempatan untuk mempraktekkan kepandaiannya dapat menghalangi perkembangan mereka. Latihan khusus tampaknya member fasilitas bagi perkembangan motorik yang dini.

2.      Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan manusia yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.[5]
Dalam memahami perkembangan kognitif pada bayi, teori piaget sudah sangat terkenal sebagai dasar acuan untuk memahaminya. Piaget berpendapat bahwa seorang anak berkembang melalui serangkaian pikiran dari masa bayi hingga masa dewasa yang sesuai dengan masing-masing tahap usia perkembangannya. Menurut piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensoris-motorik adalah periode pertama dari empat periode. Piaget membagi dalam empat sub-tahapan, yakni :[6]
1.      Sub-tahapan skema refleks muncul saat lahir sampai usia enam minggu, dan berhubungan terutama dengan refleks.
2.      Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer muncul dari usia enam minggu samapi enam bulan, dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan- kebiasaan.
3.      Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder muncul antara usia empat samapai Sembilan bulan., dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
4.      Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkulasi sekunder muncul dari usia 9-12 bulan, pada usia ini adalah saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen.
5.      Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier muncul dalam usia 12-18 bulan, dan berhubungan dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
6.      Sub-tahapan awal representasi simbolik berhubungan terutama dengan tahapan awal kreatifitas.
A.    Perkembangan Persepsi
Menurut David, persepsi adalah bagaimana kita mengintegrasikan sensani kedalam persepsi objek, dan bagaimana kita selanjutnya menggunakan persepsi itu untuk mengenali dunia. Persepsi dapat dikatakan juga sebagai proses mengintegrasikan suatu informasi. Misalnya, ketika seseorang mendengarkan musik atau melihat suatu gambar tertentu, maka orang tersebut akan melakukan interpretasi berdasarkan pengetahuan yang dimiliki dan telah disimpan dalm ingatan.[7]
Dapat dipahami bahwa, persepsi pada dasarnya merupakan hubungan manusia dengan lingkungannya, dan bagaimana anak/ bayi mengerti menginterpretasikan stimulus yang ada di lingkungannya.
Tiga aspek persepsi yang dianggap paling relevan dengan kognisi yaitu ;
a.       Panca Indra
Panca indra disebut juga ingatan sensoris. Pencatatan indra menangkap informasi dalam bentuk masih kasar, belum diproses sama sekali sesudah stimulus fisik diterima. Dalam pencatatan indra, terdapat tiga aspek ytang dianggap memungkinkan sistem melakukan fungsi penyimpanan rekaman secara optimal.
1.      Informasi disimpan di dalam bentuk yang kasar, belum memiliki makna.
2.      Pencatatan indrawi memerlukan ukuran ruang yang cukup untuk menyimpan informasi yang ditangkap oleh resceptor.
3.      Informasi yang masuk kedalam sistem pencatatan indrawi berlangsung dalam waktu yang sangat singkat.
b.      Pengenalan Pola
Proses pengenalan pola merupakan tahap lanjutan setelah pencatatan indra, juga merupakan proses transformasi dan pengorganisasian informasi yang masih kasar, sehingga memiliki makna tertentu. Adapun faktor yang mempengaruhi pengenalan pola adalah :
1.      Objek Superiority Effect
Objek akan dikenal jika objek tersebut merupakan bagian dari rangkaian objek-objek yang lain, bukan berdiri sendiri secara terpisah.


2.      Word Superiority Effect
Sebuaj huruf akan lebih cepat dikenal apabila bagian dari sebuah kata disajikan sendiri.
c.       Perhatian
Perhatian merupakan proses konsentrasi atau pemusatan aktivitas mental. Perhatian terbagi atas dua hal, yaitu :
1.      Perhatian terbagi
Hal ini terjadi pada saat orang dihadapkan pada lebih dari satu sumber pesan atau informasi yang saling berkompetisi, sehingga orang tersebut harus membagi kompetisi.
2.      Perhatian selektif
Hal ini terjadi pada waktu orang dihadapkan pada dua tugas atau lebih secara bersamaan waktunya, maka ia harus memutuskan perhatiannya pada satu tugas saja yang penting dan mengabaikan yang lainnya.[8]
B.     Perkembangan Konsepsi
Menurut chaplin (2002), konsepsi adalah proses pengembangan ide atau proses berpikir. Untuk mengetahui apa yang sedang dipikirkan oleh bayi ternyata lebih sulit dibandingkan mengetahui apa yang dilhatnya. Berdasarkan penelitian-penelitian terbaru tentang perkembangan persepsi dan konsepsi bayi menunjukkan bahwa bayi sebenarnya memiliki kemampuan persepsi yang lebih maju dan dapat memulai berpikir  jauh lebih awal daripada apa yang dipikirkan oleh piaget.
Sedangkan, walgito menggolongkan konsep atau pengertian menjadi beberapa jenis, yaitu[9] :
a.       Konsep; sederhana, yaitu konsep yang dibatasi oleh ciri atau atribut tunggal, misalnya “merah”
b.      Konsep yang komplek, yaitu konsep yang dibatasi oleh cirri-ciri yang tidak tunggal atau banyak, misalnya : “membaca”
c.       Konsep kojungtif. Merupakan konsep yang dibatasi oleh adanya kaitan dua atau lebih sifat atau cirri yang membentuk konsep tersebut. Misalnya, zebra merupakan binatang menyusui sepertti kuda, tetapi berwarna loreng.
d.      Konsep disjungtif, merupakan konsep yang di batasi dengan tiap ciri atau sifat yang membawa objek dalam kelas konsep. Misalnya, konsep alat transportasi, bisa berupa kuda, truk, becak,mobil, dan sebagainya.
e.       Konsep relational, yaitu konsep yang mempunyai kaitan dengan pengertian yang lain. Misalnya, A lebih berat dari B.

C.    Perkembangan memori
            Menurut Chaplin (2002), memori adalah keseluruhan pengalaman masa lampau yang dapat di ingat kembali. Memori merupakan unsur inti dari perkembangan kognitif, sebab segala bentuk belajar dari individu melibatkan memori. Dengan memori, individu dapat menyimpan informasi yang ia terima sepanjang waktu. Dibandingkan dengan aspek-aspek lain dari memori anak, tidak tersedia pengetahuan yang empiris yang dapat dipercaya selama decade awal abad ke 20 tentang apakah bayi mampu dapat mengingat sebelum memiliki ketrampilan bahasa, dan kapan atau bagaimana cara mereka mengingatnya.
            Berbeda dengan pandangan para pakar psikologi terdahulu, yang menganggap bayi tidak dapat menyimpan memori sampai mereka dapat memiliki ketrampilan berbahasa yang diperluian untuk membentuk memori itu dan mengingatnya, maka pandangan kontemporer mempercayai bahwa kemampuan memori bayi telah mulai berkembang jauh lebih awal dan bahkan sebelum kelahiranya.[10]
D.     Perkembangan sosio-emosioal masa bayi
            Sosialisai timbal balik merupakan proses dua arah, dimana anak-anak dapat melakukan sosialisasi yang baik terhadap orang tuanya, dan sebaliknya orang tua dapat melakukan interaksi dan sosialisasi yang baik dengan anak-anaknya. Sedangkan sosialisasi timbal balik pada bayi sering ditunjukan dengan kontak mata dan nyanyian oleh ibu. Perilaku tersebut menurut penelitian yang dilakukan ileh Fogel dkk, menyatakan bahwa kontak mata yang dilakukan oleh seorang ibu di awal kelahiran bayi mempunyai peran yang penting bagi perkembangan bayi selanjutnya. Sedangkan, perkembangan emosional pada bayi kita sering sulit membedakan ketika dia sedang menangis atau tertwa.
            Para psikolog megklasifikasikan emosi menjadi dua, yakni emosi positif misalnyasabar, senangm tenag, gembira, dan suka cita, dan emosi negative, yang mengacu pada emosi negatif misalnya kecemasan, kemarahan, rasa bersalah, dan lain sebagainya. Kedua emosi tersebut merupakan dimensi yang independen, dalam arti seorang anak mengalami emosi yang sama-sama tinggi, yakni, bisa jadi dalam sewaktu waktu mereka dapat mengalami kegembiraan dan kesedihan.[11]

3.      Perkembangan Psikososial
Perkembangan psikososial berhubungan dengan perubahan-perubahan perasaan atau emosi dan kepribadian serta perubahan dalam bagaimana individu berhubungan dengan orang lain. Sebagaimana telah dijelaskan di atas, masa bayi adalah masa ketika anak-anak mulai belajar berjalan, berpikir, berbicara, dan merasakan sesuatu. Meskipun dalam pemenuhan kebutuhan bayi masih sangat tergantung kepada pengasuhnya, namun bukan berarti mereka sama sekali pasif. Sebab, sejak lahir, pengalaman bayi semakin bertambah dan iaberpartisipasi aktif dalam perkembangan psikososialnya sendiri, mengamati dan berinteraksi dengan orang-orang sekitarnya.
Sebagai bayi yang sedang tumbuh menjadi lebih dewasa, dia memiliki kedekatan dan keterkaitan emosional dengan orang-orang penting dalam hidupnya. Hal ini terlihat misalnya, bayi menangis ketika didekati oleh orang yang tidak dikenalnya, dan dia menyambut hangat kedatangan ibu atau bapaknya. Bayi juga berpartisipasi dalam menjalin hubungan dengan cara-cara yang lebih halus, seperti ikut bermain  bersama saudaranya yang lebih tua. Lebih dari itu, bayi juga menyatakan perasaan atau kebutuhanya dengan cara-cara yang membingungkan. Missalnya, ketika orang tuanya memberikan makanan tertentu, ia menolak, tetapi ketika makanan terseebut diberikan oleh seorang baby sister, ia menerimanya dengan perasaan senang.
Perilaku demikian menunjukan  adanya dua tema utama dalam perkembangan psikososial selama masa bayi, yaitu kepercayaan dan otonomi. Bayi mempelajarai apa yang diharapkan dari orang-orang yang penting dalam hidupnya. Mereka mengembangkan suatu perasaan mengenai siapa yang mereka senangi atau yang tidak mereka senangi dan makanan apa yang mereka sukai dan yang tidak di sukai.
Dalam uraian berikut akan dikemukakan beberapa hal penting yang berkaitan dengan perkembangan psikososial pada masa bayi. Diantaranya emosi, temperamen, dan attachment(keterkaiatan).[12]
a.      Perkembangan emosi
Emosi adalah sebuah istilah yang sudah popular, namun maknanya yang tepat masih membingungkan, baik dikalangan ahli psikologi maupun  ahli filsafat. Oleh sebab itu kalau di rumusan para psikolog tentang emosi sangat bervariasi sesuai dengan orientsi teoritisnya yang berbeda-beda. Meskipun demikian kata Chaplin(2002), terdapat persesuaian umum bahwa keadaan emosional merupakan suatu reaksi kompleks yang mengait satu tingkat tinggi kegiatan dan perubahan-perubahan secara mendalam, serta dibarengi perasaan yang kuat, atau disertai keadaan afektif. Goleman(1995) menggunakan istilah emosi merujuk pada “ a feeling and its destinitive thoughts, psychological and biological states, and range of propensities to act”. Sedang morgan, king dan robinson, (1984) mendevinisikan emosi sebagai : “A subjective feeling state, often aecompained by facial and bodily expressions, and having arousing and motivating properties”. Jadi emosi dapat diartikan sebagai perasaan atau afeksi yang melibatkan kombinasi antara gejulak fisiologis (seperti denyut jantung yang cepat) dan perilaku yang tampak (seperti senyuman atau ringisan).
Untuk dapat memehami secara pasti mengenai kondisi emosi bayi adalah sangatlah sukar, sebab informasi mengenai aspek emosi yang subjektif hanya dapat diperoleh dengan cara introspeksi, sedangkan bayi sesuai dengan usianya yang masih sangat muda tidak dapat menggunakan cara tersebut dengan baik. Beberapa ahli mencoba memahami kondisi emosi bayi melalui ekspresi tubuh dan wajah, namun para ahli psikologi yang lain mempertanyakan seberapa penting keddua ekspresi tubuh dan wajah itu dapat menentukan apakah seorang bayi berada dalam suatu kondisi emosianal tertentu.
Meskipun demikian. Para ahli telah lama mempercayai bahwa kemampuan untuk berinteraksi secara emosional sudah ada pada bayi yang baru lahir seperti menangis, tersenyum, dan frustasi. Bahkan  beberapa para peneliti percaya bahwa beberapa minggu setelah lahir, bayi dapat memperlihatkan bermacam-macam ekspresi dari semua emosi dasar, termasuk kebahagiaan, perhatian, keheranan, ketakutan, kemarahan, kesedihan, dan kemuakan sesuai dengan situasinya (Campos et al, 1983). Di samping ada sejumlah emosi yang sudah berfungsi sejak lahir, ada pula emosi lain yang dipengaruhi oleh factor pematangan (maturation) dan pengalaman (belajar).
Untuk mengetahui apakah bayi benar-benar mengeksperesikan emosi tertentu, Carroll Izard (1982) telah mengembangkan suatu system pengkodean eksperesi wajah bayi yang berkaitan dengan emosi tertentu yang dikenal dengan  Maximalli Discriminative Facial Movement Coding System. Berdasarkan system klasifikasi izrad, diketahui beberapa eksperesi emosi selama bayi, yaitu: kegembiraan tertawwa di eksperesikan pada usia 4 bulan, ketakutan pada usia 5 hingga 8 bulan, dan emosi-emosi yang lebih rumit seperti malu, kebingungan, rasa bersalah, cemburu, dan kebanggaan dieksperesikan selama anak belajar.
Eksperesi berbagai emosi tersebut mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan anak. Bretherton et al (1981) menyebutkan 3 fungsi utama eksperesi emosi bayi, yaitu , 1) adaptasi dan kelangsungan hidup 2) regulasi 3) komunikasi. Sehubungan dengan fungsi penyesuaian diri dan kelangsungan hidup, berbagai ketakutan adalah bersifat adaptif, karena ada kaitan yang jelas antara gejolak  perasaan dengan kemungkinan bahaya. Berkaitan dengan fungsi pengaturan, emosi mempengaruhi informasi yang diseleksi anak-anak dari dunia persepsi dan perilaku yang mereka perhatikan. Anak-anak yang sedang bergembira misalnya, cenderung mengikuti apa yang sedang mereka pelajari di banding dengan anak-anak yang sedang sedih. Kemudian, berkaitan dengan fungsi komunikasi, anak-anak menggunakan emosi unruk menginformsikan pada orang lain tentang perasan-perasam dan kebutuhan-kebutuhannya.[13]
b.      Perkambangan temperamen
            Temperamen (tabiat, perangai) merupakan salah suatu dimensi psikologis yang berhubungan dengan aktivitas fisik dan emosional serta merespons. Secara sederhana Goleman (1995) merumuskan temperamen sebagai “the moods that typify our emotional life” sedangkan Baltes (1998) mengartikan temperamen sebagai :an individual’s behavioral style and characteristic way of responding”  sementara iru Seifert dan Hffnung (1994) menjelaskan “ temperament refers to individual differences in responsiveness and self-regulation that are present at birth, are relatively stable and enduring over time and cross situation, and are influenced by the intrections of heredity, maturation, and experiencive.
Dari beberapa definisi tersebut dapat dipahami bahwa temperamen adalah perbedaan kualitas dan intensitas respons emosional serta pengaturan diri yang memunculkan perilaku individual yang terlihat sejak lahir, yang relative stabil dan menetap dari waktu ke waktu dan pada semua situasi, yang dipengaruhi oleh intereksi antara pembawaan, kematangan dan pengalaman.
Sejak lahir bayi memperlihatkan berbagai aktivitas individual yang berbeda-beda. Beberapa bayi yang sangat aktif menggerakan tangan, kaki, dan mulutnya tanpa henti-hentinya, tetapi bayi yang lain terlihat lebih tenang. Sebagian bayi merespon dengan hangat kepada orang lain, sementara yang lain cerewet, rewel, dan susuah diatur. Semua gaya perilaku ini merupakan temperamen seorang bayi.
Kebanyakan peniliti mengakui adanya perbedaan dalam kecenderungan reaksi utama, seperti kepekaan terhadap rangsangan visual atau verbal, respons emosional, dan keramahan dari bayi yang baru lahir. Peneliti Alexander Thomas dan Stella Chess (1977) misalnya, memperlihatkan adanya perbedaan dalam tingkatan aktivitas bayi, keteraturan dalam fungsi jasmani, pendekatan terhadap stimuli dan situasi baru, kemampuan beradaptasi denga situasi dan orang-orang baru, reaksi emosional, kepekaan terhadap rangsangan, kualitas suasana hati dan jangkuan perhatian.
Dari hasil penelitian ini, Alexander Thomas dan Stella Chess mengklasifikasikan temperamen atas tiga pola dasar. Pertama,  bayi yang bertemperamen sedang, menunjukan suasana hai yang lebih positif, keteraturan fungsi tubuh dan mudah beradaptasi dengan situasi baru. Kedua, bayi yang bertemperamen tinggi, memperlihatkan suasana hati yang negative, fungsi-fungsi tubuh tidak teratur, dan stress dalam menghadapi situasi baru. Ketiga, anak yang bertemperamen rendah, memiliki tingkat aktifitas yang rendah dan secara relative tidak dapat menyesuaikan diri dengan pengalaman baru, suka murung serta memperlihatkan intensitas suasana hatiyang rendah (Thomas dan Chess, 1977).
Pola-pola temperamen tersebut merupakan suatu karaktersitik tetap sepanjang masa bayi dan anak-anak yang akan dibentuk dan di perbaharui oleh pengalaman anak dikemudian hari, misalnya anak usia2 tahun yang digolongkan secara ekstrim sebagai pemalu dan penakut, akan tetap  menjadi anak pemalu dan penakut pada usia 8 tahun (Seifert dan Huffnung, 1994). Ini menunjukan adanya konsistensi perkembangan temperamen sejak lahir. Konsistensi temperamen ini di tentukan oleh factor keturunan, kematangan, dan pengalaman, terutama pola pengasuh orang tua.[14]
c.       Perkembangan Attachement
            Bayi yang baru lahir telah memiliki perasaan social, yakni kecenderungan alami untuk berinteraksi dan melakukan penyesuaian social terhadap orang lain. Hal ini berkaitan dengan kondisi bayi yang sangat lemah pada saat lahir, sehingga ia sangat membutuhkan pengasuhan dari orang lain dalam mempertahankan hidupnya. Oleh sebab itu, tidak heran kalo bayi dalam semua kebudayaan mengembangkan kontak dan ikatan social yang sangat kuat dengan orang yang mengasuhnya, terutama ibunya.
            Kontak social pertama bayi dengan pengasuhnya ini diperkirakan mulai terjadi  pada usia dua bulan, yaitu pada saat bayi mulai tersenyum ketika memandang wajah ibunya. Kemampuan bayi untuk tersenyum di usia dini tersebut berperan dalam memperkukuh hubungan ibu dan anak. Sebab dengan senyuman itu bayi ingin menyatakan pada ibunya bahwa ia mengenal atau mencintainya, dan karena itu akan mendorong ibu untuk membalas senyumanya, sehingga pada gilirannya masing-masing saling memperkuat respon social. Perkembangan awal kontak social pada bayi ini merupakan dasar bagi pembentukan hubungan social dikemudian hari (Einsenberg, 1994).
            Kemudian saat bayi memasuki usia 3 atau 4 bulan mereka semakin memperlihatkan bahwa mereka mengenal dan menyenangi anggota keluarga yang dikenalnya dengan senyuman, serta dapat menerima kehadirian orang asing. Tetapi pada usia kira-kira 8 bulan muncul “objek permanen” bersamaan dengan kekawatiran terhadap  orang tidak dikenal, yang disebut dengan stranger anxety (perasaan malu terhadap orang yang tak dikenal). Pada masa ini bayi mulai memperlihatkan reaksi ketika didekati oleh orang yang tidak dikenalinya ( Mayers, 1996).
            Setelah usia 8 bulan, seorang bayi dapat membentuk gambaran mental tentang orang-orang atau keadaan. Gambaran ini disebut skema, yang disimpan dalam memori dan kemudian diingatnya kembali untuk dibandingkan dengan situasi sekarang. Diantara skema yang  penting yang dimiliki bayi usia 8 bulan adalah skema tentang wajah orang yang dikenali, ketika mereka tidak dapat menerima wajah baru dalam skema ingatan ini, mereka akan menjadi sedih (Kagan,1984)
            Pada usia 12 bulan umumnya bayi melekat erat pada orang tuanya ketika ketakutan atau mengira akan ditinggalkan. Ketika mereka bersama kembali, mereka akan mengumbar senyuman dan memeluk orang tuanya. Tidak ada tingkah laku social yang lebih mencolok dibanding dengan kekuatan ini, dan perasaan saling cinta antara bayi dan ibu ini disebut dengan attachement (keterkaitan) (Myers, 1996).
            Attachement adalah sebuah istilah yang pertama kali diperkenalkan oleh J. Bowly tahun 1958 untuk menggambarkan pertalian atau ikatan antara ibu dan anak (Jhonson dan Medinnus,1974) menurut Martin Herbert dalam the social sciences encyclopedia, “attachemen mengacu pada ikatan anatara dua orang individu atau lebih, sifatnya adalah hubungan psikologis yang diskriminatif dan spesifik, serta mengikat seseorang dengan orang lain dalam rentang waktu dan ruang tertentu” (Kuper dan Kuper, 2000). Feldman (1996), mendefinisikan attachement sebagai “the positive emotional bond that develops between a child and particular individual”. Menurut Seifert dan Hoffnung (1994), attachement adalah “en intimate and enduring emotional relationship between two people, such as infant and caregiver, characterized by reciprocal affection and a periodic desire to maintain physical closeness”.
            Para ahli riset dan klinis lebih menaruh perhatian pada dua jenis ikatan, yaitu keterkaitan dengan orang tua dan keterkaitan dengan anak-anak. Sudah diakui secara luas bahwa anak-anak secara psikologis terikat pada orang tua mereka.  Bayi-bayi manusia mula-mula mengalami keterkaitan denga ibunya dan tidak lama kemudian dengan orang dekat selain ibu dalam pertengahan kedua usia mereka yang pertama. Kebanyakan ahli psikologi perkembangan mempercayai bahwa attachemen pada bayi merupakan dasar utama bagi pembentukan kehidupan social anak dikemudian hari.
            Keterkaitan tidak aman pada bayi berkaitan erat dengan pola pengasuh dari ibunya yang kurang peka dan tidak responsive selama tahun pertama kehidupanya. Ibu pada bayi yang memperlihatkan keterkaitan tidak aman, cenderung lebih bereaksi berdasarkan keinginan atau perasaan mereka dari pada sinyal yang datang dari bayinya.[15]
d.      Perkembangan rasa percaya (trust)
            Sesuai tahap perkembangan psikososial erikson tahun tahun pertama kehidupan ditandai oleh perkembangan rasa percaya dan rasa tidak percaya. Keadaan percaya pada umumnya mengandung tiga aspek yaitu :
1)      Bahwa bayi belajar percaya pada kesamaan dan kesinambungan dari pengasuh di luarnya
2)      Bahwa bayi belajar percaya diri dan dapat percaya pada kemampuan organ-orannya sendiri untuk mengulangi dorongan-dorongan
3)      Bahwa bayi menganggap dirinya cukup dapat dipercaya sehingga pengasuh tak perlu waspada dirugikan
Dengan demikian, bayi yang memiliki rasa percaya dalam dirinya cenderung untuk memilih rasa aman dan percaya diri untuk mengeksplorasi lingkungan baru. Sebaliknya, bayi yang memiliki rasa tidak percaya cenderung tidak memiliki harapan-harapan positif.
e.       Perkembangan otonomi
Menurut Chaplin (2002) otonomi adalah kebebasan individu manusia untuk memilih, untuk menjadi kesatuan yang bisa memerintah, menguasai dan menentukan dirinya sendiri. Menurut erikson, otonomi atau kemandirian merupakan tahap kedua perkembangan psikososial yang berlangsung pada  masa bayi dan masa baru pandai berjalan. Otonomi dibangun diatas perkembangan kemampuan mental dan kemampuan motorik.
Erikson yakin tahap otonomi versus rasa malu dan ragu-ragu memiliki implikasi yang penting bagi perkembangan kemandiriran dan identitas selama masa remaja. Perkembangan otonomi selama tahun-tahun balita member remaja dorongan untuk menjadi individu yang mandiri, yang dapat memiliki dan menentukan masa depan mereka sendiri. Meskipun demikian menurut santrock (1995), terlalu banyak otonomi sama bahayanya dennga terlalu sedikit otonomi.[16]










C.    KESIMPULAN
1.      Perkembangan Fisik adalah Perkembangan psikomotorik bayi yang meliputi perkembangan panca indera , berbagai gerak reflex dan perkembangan motorik bayi pada usia 0-2 tahun.
2.      Perkembangan kognitif bayi adalah salah satu aspek perkembangan manusia yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
3.      Perkembangan psikososial adalah perkembangan yang berhubungan dengan perubahan-perubahan perasaan atau emosi dan kepribadian serta perubahan dalam bagaimana individu berhubungan dengan orang lain.






















DAFTAR RUJUKAN
Desmita.2006.Psikologi perkembangan, Bandung: PT.Remaja Rusda Karya
Muallifah.2009.Psycho Islamic Smart Parenting, Jogjakarta: Diva Press
Monks,Knoers,siti rahayu haditono.1982.Psikologi Perkembangan:Pengantar dengan berbagai bagiannya.Jogjakarta:Gajamadha University Press
Henry Mussen,Paul.1988.Perkembangan dan Kepribadian Anak.Jakarta: Erlangga
B.hurlog,Elisabeth.Psikologi Perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang Rentang Kehidupan.Jakarta:Erlangga
Dzulkifli,1986.Psikologi Perkembangan.Bandung: PT Remaja Rosda karya
Kartono,Kartini.2007.Psikologi Anak(Psikologi Perkembangan).Bandung: Mandar Maju
Mahmud,dimyatti,1990.Psikologi suatu Pengantar Edisi 1.Jogjakarta: BPFE
Kartono,Kartini.1992.Psikologi Wanita: mengenal wanita sebagai Ibu&Nenek.Bandung: Mandar Maju



[1] Paul Henry Mussen, John Janeway Conger, Jerome Kagan, Aletha Carol Huston, Perkembangan dan Kebribadian Anak, 1988, Jakarta: Penerbit Erlangg, hal.75
[2] Monks, Knoers,A.M.P, Psikologi Perkembangan: Pengantar Dengan Berbagai Bagiannya, (1992), Yogyakarta:Gajah Mada Unisersity Press, hal.75
[3] Monks, Knoers,A.M.P, Psikologi Perkembangan: Pengantar Dengan Berbagai Bagiannya, (1992), Yogyakarta:Gajah Mada Unisersity Press, hal. 76
[4] Monks, Knoers,A.M.P, Psikologi Perkembangan: Pengantar Dengan Berbagai Bagiannya, (1992), Yogyakarta:Gajah Mada Unisersity Press, hal.81
[5] Desmita ., Psikilogi Perkembangan,2010, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, hal. 103
[6] Muallifah, S.Psi., psycho islmic smart parenting, 2009, Jogjakarta, Diva Press, hal. 16-17
[7] Muallifah, S.Psi., psycho islmic smart parenting, 2009, Jogjakarta, Diva Press, hal. 18
[8] Muallifah, S.Psi., psycho islmic smart parenting, 2009, Jogjakarta, Diva Press, hal. 18-24

[9] Muallifah, S.Psi., psycho islmic smart parenting, 2009, Jogjakarta, Diva Press, hal. 26
[10] Desmita ., Psikilogi Perkembangan,2010, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, hal.111
[11] Muallifah, S.Psi., psycho islmic smart parenting, 2009, Jogjakarta, Diva Press, hal.33-36
[12] Desmita ., Psikilogi Perkembangan,2010, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, hal.115
[13] Desmita ., Psikilogi Perkembangan,2010, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, hal.117
[14] Desmita ., Psikilogi Perkembangan,2010, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, hal.118
[15] Desmita ., Psikilogi Perkembangan,2010, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, hal.119
[16] Desmita ., Psikilogi Perkembangan,2010, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, hal.125

Tidak ada komentar:

Posting Komentar